Cerita wayang – edisi Juni 2021
BAMBANG SAKRI
(Andreas Hutomo)
Begawan Sekutrem berhasil memboyong Dewi Nilawati sebagai hadiah dari Dewata setelah mengalahkan Prabu Kalimantara yang menyerbu Kahyangan Suralaya karena ingin menyunting Dewi Supraba, Dewa perempuan sing ayu dhewe sak Kahyangan. Kemudian Dewi Nilawati dibawa pulang ke Padepokan Saptaarga dan mereka hidup bahagia berdua. Karena waktu itu lagi musim bedhidhing atau pancaroba sehingga udara dingin banget maka beberapa saat kemudian lahirlah seorang anak laki-laki yang tampan dan diberi nama Bambang Sakri.
Bambang Sakri menjadi pemuda yang santun, suka menolong dan seperti pepatah kacang mangsa ninggala lanjaran kegemarannya persis Begawan Sekutrem ayahandanya yang suka bertapa dan cegah dhahar lawan guling atau mengurangi makan dan minum, suka menyepi di puncak bukit yang sepi, jurang yang dalam dan pohon besar yang angker.
Beruntung dari remaja Bambang Sakri sudah diasuh oleh para Punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
Begawan Sekutrem tahu betul kalau anaknya suka keluyuran seperti dirinya dahulu sejak remaja. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada diri Begawan Sekutrem kalau Bambang Sakri terlalu menuruti keinginannya dalam mendalami kerohanian sehingga lupa pada keduniawian.
Begawan Sekutrem takut kalau Bambang Sakri sampai lupa kodratnya sebagai lelaki untuk menikahi perempuan dan menghasilkan keturunan. Kalau terjadi demikian maka akan putuslah silsilah Begawan Sekutrem.
“Sakri anakku, kamu itu masih muda kenapa sudah belajar untuk menjadi seorang Brahmana?
Biasanya orang itu kalau sudah kesengsem tapa brata, terbiasa menahan hawa nafsu, mencegah makan dan minum lalu akan menjauhi wanita. Hal yang demikian itu melawan kodrat, karena kodrat orang hidup itu harus mengembangkan keturunan. Oleh karena itu berhentilah dulu tapa bratamu dan gunakan waktu mudamu untuk mencari pendamping hidupmu.”
“Rama Panembahan, mohon untuk tidak buru-buru mencari menantu sebelum saya mendapatkan ngelmu kamukten yang tidak dapat rusak oleh jaman.”
“Sakri, justru kamu jangan terburu nafsu untuk menguasai ngelmu kamukten karena hal itu masih sangat jauh dari jangkauanmu. Kalau kamu memang tidak suka dengan pendapat Rama, silakan tinggalkan Padepokan ini.”
Didorong oleh rasa kekhawatiran rupanya Begawan Sekutrem sebagai orang tua merasa sakit hati karena petuahnya tidak dipatuhi oleh Bambang Sakri sehingga menimbulkan kejengkelan dan kemarahan yang tidak terbendung sehingga tega mengusir Bambang Sakri dari Padepokan.
Diiringi derai airmata Dewi Nilawati bundanya, Bambang Sakri beserta para Punakawan meninggalkan Padepokan dengan hati yang tersayat.
Nun jauh dikaki Gunung Raung terdapat kerajaan Balepanjang dengan rajanya bernama Prabu Kismantoro. Orangnya gagah perkasa kesaktiannya pilih tanding dan dia seorang raja yang arif lagi bijaksana serta bersifat welas asih terhadap rakyatnya. Karena sifatnya yang demikian itu maka banyak negara lain yang tunduk dan menghormatinya.
Isterinya bernama Dewi Prabandari yang cantik jelita keturunan Dewa dan menurunkan seorang putri bernama Dewi Widyarini yang tak kalah cantik dengan ibundanya.
Sang Prabu Kismantoro baru saja menyelesaikan meditasinya di sanggar pamujan dan mendapat wisik bahwa Sang Prabu harus berguru kepada Begawan Sekutrem di Padepokan Saptaarga agar kerajaan Balepanjang gemah ripah loh jinawi dan Sang Prabu bisa menurunkan para raja di Tanah Jawa. Bukan main gumbira hati Sang Prabu mendapat wisik yang demikian itu. Sang Prabu keluar sanggar pamujan sambil senyum-senyum sehingga Dewi Widyarini yang ingin menghadapnya menjadi nggumun setahun njembleng serendheng alias terheran-heran karena melihat hal yang aneh itu.
“Rama Prabu, ada apa kok senyum-senyum sendiri. Begini lho Rama, tiga malam berturut-turut
aku bermimpi ketemu ksatria yang tampan dan gagah mengaku bernama Bambang Sakri dari
Padepokan Saptaarga, bersedia menjadi suamiku.”
Sang Prabu agak terkejut mendengar penuturan putrinya, ada hubungan apa antara Bambang Sakri dengan Begawan Sekutrem yang sama-sama berasal dari Padepokan Saptaarga.
“Baiklah anakku, nanti akan aku cari sampai ketemu.”
Sang Prabu Kismantoro segera melepas busana raja dan mengenakan busana keprajuritan, kemudian matak aji atau menerapkan aji Sasramaruta dan dalam sekejap telah melesat ke angkasa diiringi deru angin seperti lesus sambil milang-miling memantau daratan.
Nun dibawah, di tengah hutan belantara terlihat sinar memancar ke langit sebesar pohon kelapa sebagai pertanda adanya orang sakti yang sedang bertapa.
Prabu Kismantoro langsung terjun bebas tanpa parasut menuju asal sinar tersebut dan dilihatnya seorang ksatria tampan dan gagah sedang meditasi diatas batu sebesar gajah.
Betapa terkejut sang pertapa yang hamper saja kenjlogan Prabu Kismantoro.
Setelah berbasa-basi ternyata sang pertapa tersebut adalah Bambang Sakri ditungguin para Punakawan. Prabu Kismantoro mengutarakan niatnya untuk membawa Bambang Sakri ke kerajaan Balepanjang dan akan dikawinkan dengan sekar kedaton Dewi Widyarini.
“Mohon ampun Sang Prabu, bukan kami menolak kehendak putri Paduka. Sebenarnya kami berada disini karena telah diminta oleh Rama Begawan Sekutrem agar segera menikah,
namun kami menolaknya karena masih ingin memperdalam ngelmu kasampurnan.
Oleh karena itu mohon ampun kami tidak bisa menerima permintaan Putri Paduka.”
“Raden Bambang Sakri, aku hormati pendirianmu karena engkau memang ksatria keturunan Dewa dan Brahmana yang sedang membangun jatidiri menuju kesempurnaan.
Namun perlu Ananda ketahui kehendak Hyang Widi bahwa manusia itu dikodrtakan untuk mempunyai keturunan.
Dan seyogyanya Ananda tidak menolak kehendak Dewata karena anakku Dewi Widyarini mendapat wisik dari Dewata sebagai jodohmu. Coba Kakang Semar kau beri pengertian momonganmu ini.”
“Eee, mbegegeg ugeg-ugeg, hemel-hemel sadulita. Maaf Sang Prabu, perjodohan itu tidak bisa dipaksa karena jodoh, rejeki dan pati itu milik Sang Hyang Widi.”
Karena tidak ada kata sepakat maka terjadilah duel yang seru antara Prabu Kismantoro dan Bambang Sakri yang sama-sama sakti. Namun tanpa diduga, Sang Prabu Kismantoro mengeluarkan ajian andalannya yaitu aji Watuagung sehingga Bambang Sakri lemas tak berdaya dan segera dibawa terbang ke angkasa, sementara Kyai Semar, Gareng, Petruk dan Bagong berlari sambil berteriak-teriak.
Sampai di keraton Balepanjang Bambang Sakri langsung diturunkan di taman keputren yang sudah ditunggu oleh Dewi Widyarini sehabis menerima WA dari Prabu Kismantoro bahwa Bambang Sakri berhasil dibawa pulang ke Balepanjang.
Bambang Sakri seperti tersadar dari tidurnya dan begitu matanya terbuka serta melihat Dewi Widyarini yang semlohay dan wajahnya begitu cantik mempesona sehingga jantungnya berdebar keras serta hatinya bergetar hebat lalu tiba-tiba tersenyum-senyum sendiri.
Bambang Sakri sama sekali tidak menduga kalau Dewi Widyarini begitu mengagumkan sehingga tanpa ba-bi-bu langsung ceblok dhemen dan menyatakan cintanya.
Akhirnya Dewi Widyarini bersanding dengan Bambang Sakri setelah diberkati Pendeta Kerajaan dan tujuh hari-tujuh malam diadakan pesta perayaan perkawinan agung dengan menanggap Wayang kulit, Kethoprak, Campursari dan Keroncong SNN.
*sumber pewayangan