Artikel bebas – edisi Agustus
KADIPATEN MANGKUNEGARAN
Bagian 1
(Oka Respati)
Sunan Amangkurat IV mempunyai anak berjumlah 28 orang terdiri dari 20 putra dan 8 putri.
Putra sulung bernama RM Sura yang kemudian hari menjadi KPA Mangkunegara, putra ke lima RM Prabayasa yg kemudian hari menjadi Sunan Pakubuwana II dan putra ke tigabelas bernama RM Sujana atau Pangeran Mangkubumi yang kemudian menjadi Sultan Hamengkubuwana I.
KPA Mangkunegara secara terang-terangan memang tidak menyukai Kumpeni Belanda (VOC).
Patih Danureja yang terkenal di Kartasura sebagai antek Belanda pada th 1728 membuat rekayasa yang keji. Patih Danureja menyebarkan kabar bohong bahwa KPA Mangkunegara selingkuh dengan salah satu selir Sunan Amangkurat IV, sehingga KPA Mangkunegara ditangkap dan dibuang atau di selong (dari kata Ceylon) ke Srilangka.
Namun demikian sejarah Pura Mangkunegara tidak berakhir atau tamat.
KGPAA Mangkunegara I (1757 – 1795)
KGPAA Mangkunegara I lahir di Kartasura 7 April 1725 dengan nama RM Sahid, putra dari KPA Mangkunegara dengan Raden Ayu Wulan.
Alkisah pada tanggal 30 Juni 1742 di Kartasura meletus pemberontakan oleh Sunan Kuning atau yang dikenal dengan Geger Pacinan yang sangat dahsyat. Keraton Mataram di Kartasura yang dianggap sebagai boneka Kumpeni dikepung Laskar Tionghoa yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning.
RM Sahid yang waktu itu baru berumur 19 tahun ikut memberontak karena tidak tega dan geram sekali melihat rakyat Mataram ditindas oleh Kumpeni Belanda yang membantu Sunan Paku Buwana II.
RM Sahid membuat markas di Randulawang di sebelah utara Surakarta bersama Mas Garendi, bahkan RM Sahid diminta untuk menjadi Senopati dengan gelar Pangeran Prang Wedana Pamot Besur kemudian menikah dengan Mas Ayu Kusuma Patahati.
Akibat penyerbuan kaum pemberontak maka tembok beteng setinggi 4 meter ambruk.
Banyak pejabat tinggi Keraton yang mengungsi termasuk Sunan Pakubuwana II yang melarikan diri ke Ponorogo. Sedangkan Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Paku Buwana II yang juga paman dari RM Sahid melarikan diri ke Semarang untuk menemui penguasa VOC dan bergabung dengan Pangeran Puger di Sukawati.
Karena bantuan dari VOC maka Laskar Tionghoa berhasil diusir dari Kartasura dan pada bulan Oktober 1743 Sunan Kuning dapat ditangkap dan pada bulan Nopember 1743 Sunan Paku Buwana II kembali dari pengungsian di Ponorogo.
Melihat Keraton Kartasura yang sudah hancur-lebur maka Sunan Paku Buwana II menginginkan untuk dibangun Keraton baru di Desa Sala. Setelah selesai dibangun pada tahun 1975 keraton tersebut dinamakan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Kebijaksanaan Sunan Paku Buwana II minta bantuan VOC ternyata tidak gratis. Wilayah pantai utara Jawa mulai Rembang sampai Pasuruan diminta VOC sebagai imbalannya. Disamping itu kalau Sunan Paku Buwana ingin mengangkat Pejabat baru harus mendapat persetujuan VOC terlebih dahulu.
Sisa-sisa Laskar pemberontak yang belum tertangkap yaitu RM Sahid yang dianggap masih berbahaya. Kemudian Sunan Paku Buwana II memberitakan bahwa barang siapa bisa merebut daerah Sukawati dari tangan RM Sahid akan diberikan daerah itu sebagai hadiah.
Diliar dugaan ternyata yang menyanggupinya adalah Pangeran Mangkubumi sendiri, paman dari RM Sahid. Pangeran Mangkubumi berhasil merebut tanah tersebut dari RM Sahid.
Atas bujukan Patih Pringgalaya terhadap VOC dan Sunan Paku Buwana II maka hadiah tersebut kemudian dibatalkan.
Betapa kecewanya Pangeran Mangkubumi melihat kenyataan tersebut, maka segera meninggalkan keraton dan menyusun pemberontakan. Kemudian Pangeran Mangkubumi bersatu kembali dengan RM Sahid untuk memberontak terhadap Kasunanan Surakarta.
Pada waktu itu umur RM Sahid 22 tahun dan segera dinikahkan dengan putri Pangeran Mangkubumi yang bernama Raden Ayu Inten.
RM Sahid dengan Pameran Mangkubumi menyerang Kasunanan Surakarta dengan cara perang gerilya. Ketika perang gerilya itu sampai wilayah Yogyakarta RM Sahid mendengar kalau Sunan Paku Buwana II meninggal pada 20 Oktober 1749. Sepekan sebelumnya yaitu pada tanggal
15 Desember 1749 Pangeran Adipati Anom atau RM Suryadi sudah dinobatkan menjai Sunan Paku Buwana III oleh Baron von Hohendorff sebagai Gubernur pantai Jawa bagian Timur Laut sebagai wakil dari VOC.
*Sumber Panyebar Semangat