KERAJAAN PAJANG Bagian 1

Artikel bebas – edisi Mei 2021

KERAJAAN PAJANG
Bagian 1
(Oka Respati)

Alkisah Ki Ageng di Pengging yang bernama Adipati Jayaningrat adalah orang yang sangat sakti dan merupkan menantu Prabu Brawijaya Raja Majapahit. Adipati Jayaningrat mempunyai dua orang putera yaitu Ki Kebo Kanigara dan Ki Kebo Kenanga. Ketika Adipati Jayaningrat yang juga dipanggil Ki Ageng Pengging Sepuh meninggal, kedua anaknya Ki Kebo Kanigara dan Ki Kebo Kenanga berselisih paham. Ki Kebo Kanigara mempertahankan agamanya yaitu agama Budha sedangkan Ki Kebo Kenanga masuk agama Islam. Ki Kebo Kanigara kemudian bertapa di dalam kawah gunung-gunung sampai meninggal dunia.

Ki Kebo Kenanga yang masuk Islam berguru kepada Syech Siti Jenar bersama beberapa temannya yaitu Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Butuh dan Ki Ageng Ngerang. Keempat murid tersebut menjadi saudara bersatu hati atas kehendak Syech Siti Jenar.

Ki Kebo Kenanga kemudian mendirikan pesantren di Pengging dan disebut Ki Ageng Pengging.
Pada waktu Ki Ageng Pengging sedang menggelar pertunjukan Wayang Beber, isterinya yang sedang hamil tua melahirkan seorang anak laki-laki berparas tampan ditengah hujan lebat disertai pelangi. Maka pertunjukan Wayang Beber pun dihentikan.
Bayi yang sudah dibersihkan itu oleh Ki Ageng Pengging diserahkan kepada Ki Ageng Tingkir kemudian dipangkunya.
“Ki Ageng Pengging, putramu ini sungguh tampan. Aku yakin kelak anak ini akan tinggi
  derajatnya dan beruntunglah yang sempat menyaksikan. Anak ini kuberi nama Karebet karena
  lahir pada waktu ada pertunjukan Wayang Beber yang terkena angin sehingga berbunyi
  krebet-krebet.”

Kemudian Karebet diasuh oleh Nyi Ageng Tingkir dan mendapat sebutan Jaka Tingkir.
Jadi jelas bahwa Jaka Tingkir masih keturunan Prabu Brawijaya Raja Majapahit yang terakhir.

  1. Sultan Hadiwijaya
    Ketika menginjak remaja Jaka Tingkir berguru kepada Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Banyubiru.

    Dari Ki Buyut atau Ki Ageng Banyubiru Jaka Tingkir memperoleh pusaka Timang atau kepala
        ikat pinggang yang diberi nama Kyai Bajul Giling. Timang yang berbentuk kepala buaya
        dengan kulit buaya sebagi sabuknya, konon dibuat dari baja murni dari gumpalan lahar
        gunung Merapi. Barang siapa yang memakai ikat pinggang Bajul Giling ini akan menjadi sakti
        luar biasa karena kebal dan tidak mempan senjata tajam serta ditakuti segala binatang buas. 

   Jaka Tingkir lalu mengabdi kepada Sultan Trenggana di Demak, dan karena kesaktiannya
   diangkat menjadi Lurah Tamtama dan sekaligus diambil menantu oleh Sultan, dinikahkan
   dengan Ratu Mas Cempaka.
   Karena karirnya yang cemerlang maka Jaka Tingkir diangkat menjadi Bupati Pajang dan diberi
   gelar Adipati Hadiwijaya.

   Setelah Sultan Trenggana wafat, terjadi perebutam kekuasaan, Sunan Prawata putra Sulung
   Sultan Trenggana sempat menduduki Tahta namun dibunuh oleh utusan Arya Penangsang
   sehingga berakhirlah riwayat kerajaan Demak dan kekuasaan bergeser ke Pajang. 
   Adipati Hadiwijaya kemudian dinobatkan atas persetujuan Sunan Giri sebagai Raja di Pajang
   bergelar Sultan Hadiwijaya pada tahun 1546 M.
   Kekuasaan Sultan Hadiwijaya segera mendapat pengakuan dari para Adipati di Jawa Tengah
   dan Jawa Timur. Anak Sunan Prawata yang bernama Arya Pangiri diangkat menjadi Adipati
   Demak. Disamping itu Sultan Hadiwijaya juga mengambil anak Ki Gede Pemanahan yang
   bernama Danang Sutawijaya sebagai anak angkat.

* sumber Babad Tanah Jawi