KERAJAAN PAJANG Bagian 2

Artikel bebas – edisi Juni 2021

KERAJAAN PAJANG
Bagian 2
(Oka Respati)

Karena berhasil membunuh Arya Penangsang maka Ki Ageng Pemanahan dan Sutawijaya mendapat hadiah hutan Mentaok. Hutan lebat yang terkenal angker itu dibabat habis dan dijadikan pemukiman kemudian diberi nama Desa Mataram, yang semakin lama semakin ramai.

Perkembangan desa Mataram yang pesat menyebabkan Sultan Hadiwijaya mencurigai bahwa suatau saat pasti Sutawijaya akan memberontak ke Pajang, karena Sutawijaya menghimpun anak-anak muda Mataram dan sekitarnya yang dilatih keprajuritan.
Semakin hari jumlah anak muda yang menjadi prajurit semakin banyak karena dari daerah yang jauh tertarik pula menjadi prajurit Mataram.

Karena tanda-tanda pemberontakan semakin jelas, akhirnya Sultan Hadiwijaya menyerbu ke Mataram dan perang pun meletus. Pasukan Pajang yang bermarkas di Prambanan jauh lebih banyak namun menderita kekalahan. Sultan Hadiwijaya semakin terguncang ketika terdengar gunung Merapi tiba-tiba meletus dan laharnya sebagian melanda pasukannya.
Sultan Hadiwijaya menarik mundur pasukannya, mampir ke makam Sunan Tembayat namun tidak bisa membuka pintu gerbangnya dan hal itu dianggap sebagai firasat bahwa ajalnya akan segera tiba. Dalam perjalanan pulang ke Pajang gajah tunggangannya menjadi liar (konon diganggu prajurit silumannya Nyi Rara Kidul) sehingga jatuh dari pungggung gajah, kemudian harus diusung dengan tandu.
Sultan Hadiwijaya akhirnya meninggal dunia pada tahun 1582 M dan dimakamkan di Desa Butuh, kampung halaman ibu kandungnya.

Setelah Sultan Pajang meninggal, terjadi perebutan kekuasaan antara Arya Pangiri Adipati Demak putra Sunan Prawata dengan Raden Benawa Putra Mahkota Pajang.

2. Arya Pangiri
Sultan Hadiwijaya mempunyai beberapa anak antara lain, putri pertama dikawinkan dengan Arya Pangiri Bupati Demak, putri kedua dengan Panji Wiryakrama – Surabaya, putri ketiga dengan Raden Pratanu – Madura dan putri keempat dengan Arya Pamalad  – Tuban dan satu-satunya anak laki-laki adalah Raden Benawa calon Putra Mahkota.

Setelah Sultan Pajang meninggal terjadi permasalahan tahta,  Putra Mahkota Pangeran Benawa disingkirkan oleh Arya Pangiri dengan dukungan sepenuhnya dari Panembahan Kudus, pengganti Sunan Kudus. Alasan Panembahan Kudus mendukung Arya Pangiri karena Pangeran Benawa lebih muda dari isteri Arya Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi Raja.
Akhinya Pangeran Benawa sang Putra Mahkota itu disingkirkan dan menjadi Bupati Jipang.
Arya Pangiri dinobatkan menjadi Raja Pajang kedua pada tahun 1583 dan bergelar Sultan Ngawantipura.

Kerajaan Aceh mencatat bahwa ketika Arya Pangiri menjadi Bupati Jipang sebagai orang yang mudah curiga. Pada tahun 1564 Sultan Ali Riayat Syah Raja Aceh mengirim utusan untuk meminta bantuan Demak agar bersama-sama mengusir Portugis dari Malaka.
Namun Arya Pangiri justru membunuh utusan tersebut. Akhirnya tanpa bantuan Demak, Aceh menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1567 dan meski mendapat bantuan Meriam dari Turki namun gagal.

*sumber Babad Tanah Jawi

Share