ALLAH TIDAK MENJAUHKAN KASIH SETIA-NYA DARI PADAKU (Mazmur 66: 13-20)

“Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (Mazmur 66:20)

 

Allah Tidak Menjauhkan Kasih Setia-Nya Dari Padaku

Pemazmur membayar nazarnya di Bait Suci. Sekaligus mengajak orang-orang yang takut kepada Allah menyaksikan kesaksian di hadapan orang banyak mengenai apa yang telah diperbuat Allah bagi dia, ini melengkapi semua persembahan-persembahannya dan kurban-kurbannya, harus dipersembahkan di depan umum, di tempat yang sudah dipilih Allah: “Aku akan masuk ke dalam rumah-Mu dengan membawa kurban-kurbanku.”

1. Bersyukur Karena Kasih Setia-Nya.
Di konteks kita saat ini, Allah dalam Tuhan Yesus Kristus adalah Bait Allah kita, yang kepada-Nya kita harus membawa karunia-karunia rohani kita, dan yang oleh-Nya karunia-karunia itu akan dikuduskan.
Seperti di konteks pemazmur, kurban-kurban itu haruslah yang terbaik yang dimiliki, yakni kurban-kurban bakaran, yang sepenuhnya dihanguskan di atas mezbah, bagi kehormatan Allah, kurban-kurban bakaran dari binatang gemuk, bukan dari binatang pincang atau kurus, tetapi yang paling baik diberi makan, dan yang paling layak dihidangkan di meja raja sendiri.
Allah di dalam Kristus adalah yang terbaik dari semuanya, haruslah dilayani dengan yang terbaik yang kita miliki. Perjamuan yang diadakan Allah bagi kita adalah perjamuan dengan masakan yang bergemuk, dan bersumsum (bandingkan Yesaya 25;6) dan kurban-kurban yang seperti itulah yang harus kita bawa ke hadapan-Nya, dengan lemak domba-domba jantan, yang setelah dibakar di atas mezbah, asapnya akan naik seperti asap dari bakaran ukupan. Bakaran ukupan melambangkan pengantaraan Kristus.
Mari mendengar ajakan sekaligus meneladani pemazmur, setia dan semakin mempersembahkan syukurnya atas Kasih setia-Nya, ayat 16, “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. (Mazmur 66:16).

2.Tujuan Alkhirnya: Kemuliaan Allah
nas untuk kita Minggu ini adalah: “ Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (Mazmur 66:20) yang dalam Alkitab Terjemahan Baru 2 hanya memiliki sedikit perbedaan di penulisan di satu kata, dengan arti dan mayoritas penulisan lainnya sama: “Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (Mazmur 66:20 TB2)
Itulah mengapa pemazmur menegaskan maksudnya, “Seandainya aku memikirkan kejahatan, seandainya aku mencintai kejahatan, menurutinya, dan membiarkan diriku berkubang di dalamnya, Allah tidak mau mendengar doaku. Seandainya aku memperlakukan kejahatan sebagai teman dan menjamunya, merancangnya dan enggan berpisah dengannya, seandainya aku mengisap kejahatan itu di dalam mulutku seperti manisan, meskipun hanya sekadar dosa hati yang kubiarkan seperti itu dan yang kuperlakukan sedemikian rupa, seandainya di dalam batinku aku suka akan pelanggaran itu, tentulah Allah tidak mau mendengar doaku, tidak akan menerimanya, atau berkenan padanya, dan juga aku tidak dapat mengharapkan jawaban damai sejahtera untuk doaku.”

Perhatikanlah, pelanggaran yang dibiarkan bersemayam di dalam hati, pastilah akan merusakkan ucapan syukur kepada Allah dan mengotori perbuatan Kasih Kristus yang kuta bagikan kepada sesama manusia.
Pemazmur menyatakan bahwa segala persembahan syukurnya itu diberikan karena kasih setia Allah. Hal ini ditambahkannya dengan cara meralat: “Bukan doaku yang menghasilkan kelegaan itu, melainkan kasih setia-Nya yang mengirimkannya kepadaku.” Oleh sebab itu, Allah tidak menolak doa kita, karena Dia tidak menolak kasih setia-Nya sendiri, sebab kasih setia itulah yang merupakan dasar dari pengharapan-pengharapan kita dan sumber dari penghiburan-penghiburan kita, dan karena itu mari jadikan itu sebagai pokok ibadah, sembah syukur, nyanyia puji-pujian dan pemuliaan kita kepada-Nya. Kemuliaan Allah haruslah selalu menjadi tujuan akhir ibadah dan seluruh hidup kehidupan kita, selama-lamanya. Allah telah mendengar dan selalu memberkati kita dengan Kasih Setia, karena itu: Terpujilah Allah.

Amin.

Media: GKJ-N/No.02/05/2023

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.