Berkarya Sebagai Penjala Manusia Di Zaman Ini (Matius 4: 18-25)
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Matius 4: 19)
Banyak orang bisa terjebak dalam tribalisme, entah itu dalam bentuk tribalisme kesukuan, partai politik, agama, dsb. Salah satu wujud nyata tribalisme adalah pandangan negatif, seringkali juga dengan nada merendahkan orang-orang luar (out-group) yang berbeda dengan orang-orang dalam, yakni orang-orang dari kelompoknya sendiri (in-group). Tribalisme memang punya daya ikat yang kuat bagi kelompoknya sendiri, namun memiliki daya pembutaan yang hebat jika menyangkut kelompok lain. Membutakan, karena membuat seseorang/kelompok tidak bisa menghargai kesetaraan dan kebaikan kelompok yang lain.
Ketika Yesus memanggil murid-murid yang pertama, yakni Simon (Petrus) dan Andreas, saudaranya, Yesus berkata kepada mereka: Mari, ikutlah Aku. Dan kamu akan Kujadikan penjala manusia. Apa maksud Yesus dengan perkataan “penjala manusia?” Bayangkan ikan yang didapat dari penjalaan, ikan-ikan itu lalu dikeluarkan dari jala, dikumpulkan, dijual ke pasar atau dibawa pulang ke rumah, kemudian digoreng atau dibakar untuk memenuhi kebutuhan perut manusia itu sendiri. Apakah semacam ini yang dibayangkan Yesus dengan “penjala manusia?” Mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang demi kepentingan diri sendiri atau kelompoknya sendiri? Apakah Yesus sedang mengajarkan tribalisme keagamaan atau kelompoknya yang lebih unggul dibandingkan kelompok lain, sehingga orang banyak harus bergabung dengan kelompok-Nya tersebut?
Yesus tidak terjebak dalam tribalisme kelompok. Tribalisme selalu berujung pada kepentingan diri sendiri. Yang penting, kelompoknya sendiri. Apa yang dilakukan Yesus kemudian bersama murid-murid yang dipilih-Nya adalah justru mewujudkan kepedulian dan kasih bagi orang lain. Yesus berkarya bagi sesama dengan mengajar, memberitakan, dan menyembuhkan yang sakit (ayat 23-24). Jadi, mereka tidak “menangkapi” orang lain dalam “jala” mereka untuk kepentingan sendiri, justru mereka memberikan pelayanan bagi orang lain, kelompok lain, agar mereka semakin bisa mengalami realitas Kerajaan Surga yang sudah dekat melalui kehadiran dan karya Yesus. Karena itu, berkarya sebagai penjala manusia di zaman ini berarti bukan pertama-pertama berpikir bagaimana sebanyak mungkin orang bisa bergabung dalam kelompok kita, namun bagaimana kelompok keagamaan kita sebanyak mungkin mewujudkan kepedulian dan pelayanan kasih bagi orang lain. Amin.
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.