Berkata dan Bertindak Sebagai Orang-orang yang Dikuduskan (Kolose 3: 12-17)
“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kolose 3: 17)
Apa yang menentukan perkataan dan perbuatan kita dalam hidup ini? Mengapa ada seseorang yang ketika bicara dan bersikap bisa begitu halus dan sopan, sedangkan seseorang lainnya bersikap kasar dan mudah mengeluarkan kata-kata jorok dan umpatan? Tentu ada banyak faktor yang bisa berpengaruh. Ada faktor watak dan identitas yang bersangkutan, ada faktor lingkungan yang membentuk dan memengaruhinya, ada faktor situasi dan motif tertentu, ada faktor superioritas dan inferioritas, dsb.
Orang-orang Kristen yang tinggal di Kolose, tentu saja juga berhadapan dengan banyak faktor yang bisa membentuk kehidupan iman mereka. Salah satunya adalah paham gnostik. Paham ini membentuk perkataan dan perilaku masyarakat ataupun moralitas masyarakat dengan pemahaman bahwa dunia materi ini jahat dan kotor. Karena dunia materi ini jahat, tubuh manusia juga kotor dan jahat. Tubuh yang kotor dan jahat ini harus dikekang supaya tidak liar, dengan cara melakukan beragam ritual yang “menyakiti” tubuh. Misalnya supaya manusia tidak rakus makan, manusia justru harus “menyakiti” tubuh dengan melakukan puasa ekstrim.
Rasul Paulus memiliki pengajaran yang berbeda dengan kaum gnostik terkait hal ini. Tubuh manusia tidak dengan sendirinya jahat. Bahkan Allah hadir dalam Yesus “secara tubuh”-inkarnasi-menjadi daging-menjadi manusia, untuk mewujudkan karya penebusan-Nya (Kolose 1: 19,22). Paulus mengajak umat Kristen menata dan mengelola moralitas hidup bukan dengan titik tolak tubuh ini jahat, melainkan rasa syukur karena kita telah dipanggil sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya.
Perkataan dan perbuatan kita yang baik dan bertanggung jawab sebagai wujud syukur (anamnese) atas kasih Allah Bapa dalam Kristus kepada kita. Amin.
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.