Renungan Minggu, 27 Maret 2022
Pra Paskah IV
BERPULIH MENJADI CIPTAAN BARU
(2 Korintus 5: 16-21)
” Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. ”
(2 Korintus 5: 17)
Berpulih Menjadi Ciptaan Baru
Pada umumnya, kita semua menyukai hal-hal yang baru.
Sepatu baru, baju baru, tas baru, handphone baru, sepeda motor baru, apalagi bisa punya mobil baru atau rumah baru.
Dalam imaginasi kita, yang baru selalu berarti lebih baik dari yang lama. Handphone terbaru, pasti akan lebih canggih dari handphone lama.
Kita memiliki kecenderungan untuk menyukai dan bahkan menciptakan hal-hal baru dalam hidup kita.
Bahkan kemampuan manusia purba untuk menemukan dan menciptakan hal-hal baru, misalnya peralatan makan dan tekhnologi lainnya, menjadikan mereka tidak mengalami kepunahan seperti makhluk hidup lainnya.
Kesukaan atau kecintaan kita terhadap hal-baru semacam ini disebut sebagai neofilia.
Rasul Paulus juga memakai kiasan “lama” dan “baru” untuk menggambarkan kehidupan iman orang-orang Kristen.
Kehidupan lama adalah kehidupan yang berpusat pada dirinya sendiri.
Diri sendiri menjadi ukuran dalam hidup ini. Ketika diri sendiri yang menjadi ukuran dalam hidup ini, sesama dan Tuhan akan disingkirkan.
Kepentingan diri sendiri lebih utama, dibandingkan kehendak Tuhan.
Berbeda dengan kehidupan lama, kehidupan baru ditandai dengan orientasi hidup bukan pada diri sendiri, tetapi pada Tuhan.
Ia adalah ciptaan baru, yang sama sekali berbeda dengan yang lama. Yang lama sudah berlalu, kini yang baru yang berlaku.
Yang lama berpusat pada diri sendiri, yang baru berpusat pada Tuhan.
Kita menjadi ciptaan baru karena karya Allah melalui Kristus Sang Putra.
Allah melakukan karya pendamaian dengan tidak memperhitungkan dosa-dosa kita dengan jalan memberikan pengampunan dosa bagi kita melalui pengorbanan Kristus.
Manusia lama yang berdosa, diubah menjadi ciptaan baru dalam Kristus.
Kita boleh mengatakan bahwa Allah pada dasarnya adalah Allah yang neofilia, Allah yang mencintai kebaruan, karena menghendaki manusia lama yang hidup berpusat pada kepentingan sendiri berubah menjadi manusia yang hidup dalam ciptaan baru yang berpusat pada kehendak Allah.
Semangat neofilia semacam inilah yang semestinya hidup dalam diri kita.
Bukan sekadar mencintai hal-hal baru yang bersifat material, misal handphone dan kendaraan baru, melainkan mencintai pembaruan dalam iman kepada Tuhan. Ucapan, perbuatan, pikiran, dan hati kita, kita barui senantiasa agar bisa melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini.
Buanglah segala hal yang membuat kita jauh dari Tuhan, hiduplah dengan kesediaan untuk diperbarui hidup dan iman kita supaya semakin bisa mewujudkan kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Jadilah ciptaan yang baru dan selalu baru!
Amin.
Media: GKJ-N/No.13/03/2022
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.