Bersaksi Mewujudkan Damai Sejahtera Dalam Kehidupan (Lukas 19: 28-40)

Bersaksi Mewujudkan Damai Sejahtera Dalam Kehidupan (Lukas 19: 28-40)
“Kata mereka: “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (Lukas 19: 38)

Selamat merayakan Minggu Palmarum!
Mari merayakan kedatangan Sang Raja Damai, Tuhan dan Juruselamat kita -Tuhan Yesus Kristus- yang datang memasuki “Yerusalem” hati setiap kita. Di saat-saat kita sebagai rakyat dan bangsa Indonesia sedang memasuki masa tenang menuju Pemilihan Umum 17 April 2019, juga di tengah kita sebagai gereja menapaki minggu-minggu Pra Paskah tahap akhir menuju 19 April 2019 mensyukuri kasih setia Allah dalam Tuhan Yesus Kristus yang mau mati, bahkan mati di kayu salib menebus hutang dosa-dosa kita. Serta perjalanan ibadah iman selanjutnya ke depan lagi Paskah (kebangkitan-Nya), lalu Naik ke Sorga yang sempurna damai, dan terakhir walau bukan akhir yakni Pentakosta. Pencurahan Roh Kudus atas semua murid dan semua kita yang mau percaya serta siap selalu bersaksi mewujudkan damai sejahtera di setiap bagian kehidupan kita. Refleksi inilah yang sesungguhnya muncul saat kita melacak pembacaan saat ini ketika Tuhan Yesus Kristus dielu-elukan setelah menuruni jalan dari Bukit Zaitun, waktu itu Dia memasuki Kota Yerusalem.

Di konteks Perjanjian Lama, sesungguhnya Nabi Zakaria telah menubuatkan beberapa abad sebelumnya bahwa Mesias akan memasuki Yerusalem sebagai Raja yang lemah lembut dan membawa berita damai (baca Zakharia 9: 9), dan di bacaan kali ini kita melihat bagaimana nubuat itu digenapi.

Dua orang murid Yesus telah mempersiapkan keledai sebagaimana instruksi yang telah diberikan-Nya kepada mereka (ayat 29-35). Kemudian Ia mengendarai keledai itu menuju Yerusalem (36), kota yang akan menjadi panggung drama terbesar di dunia pada waktu berikutnya. Melihat hal itu, murid-murid-Nya menghamparkan pakaian mereka di jalan (ayat 36), bagaikan karpet merah yang dibentangkan bagi tamu kehormatan pada zaman sekarang. Mereka memuji Dia karena segala karya ajaib yang telah Dia lakukan. Mereka memuliakan Dia sebagai Raja yang datang dalam nama Tuhan (ayat 37-38). Tetapi bagi para pemimpin agama, pujian terhadap Yesus terlalu berlebihan. Maka mereka meminta Dia untuk menghentikan pujian murid-murid-Nya (39). Ada dan akan semakin ada hal-hal dan pihak yang mencoba menghentikan ibadah sembah pemuliaan kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Berita terjadinya kekerasan dan kejahatan di berbagai tempat di dunia, termasuk di Indonesia sepertinya mau menghilangkan damai dari kehidupan kita bersama.

Tetapi tidak. Kita harus menolak apapun yang mengganggu gugat hubungan kita dengan Sang Mesias dan merusak damai sejahtera kita bersama. Karena Tuhan Yesus sendiri menolak permintaan mereka yang tidak suka para murid memuliakan Dia. Sebab saatnya sudah semakin dekat, saat penggenapan nubuat mesianik, saat Ia bersaksi menyatakan diri sebagai Raja yang walaupun pengikut-Nya berhenti memuliakan Dia, batu-batu akan menggantikan mereka, berteriak mengagungkan Dia (baca dan renungkan lagi ayat 40) karena Ia datang sebagai Mesias, yang dari Allah. Mari teruslah bersaksi mengakui kemesiasan-Nya, menyembah Dia melaui ibadah, juga melalui perkataan dan khususnya tingkah laku yang membebaskan diri kita serta orang lain. Melegakan, memberi ruang untuk adanya perbedaan apapun, saling memaklumi bahkan bersedia saling mengampuni, dan saling mencintai mengasihi. Sekaligus mengajak lingkungan di mana kita berada untuk menyingkirkan kebencian, saling curiga, merendahkan pihak lain, kemarahan dan kekerasan dan bahkan kita berani mengalahkan kejahatan dengan ketegasan namun penuh kebaikan yang konsisten. Dimulai dari diri sendiri, kita mau berdamai dalam Kasih Kristus. Lalu menghadirkan damai itu di keluarga, lingkungan rukun tetangga dan rukun warga, rekan-rekan di tempat pekerjaan, bersama teman-teman di sekolah, saudara-saudari seiman, tetapi juga kepada dan dengan semua suku, ras bahkan agama yang berbeda untuk hidup berdampingan dengan damai. Selamat terus bersukaria menjadi saksi-saksi yang berdamai, pendamai dan setia mendamaikan. Selamat “mencoblos” dalam Pemilu yang damai. Salam palmarum, salam damai. Amin.

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share