Bertahan dalam Iman dan Pengharapan atas Kasih dan Pemeliharaan Tuhan dalam Hidup (Mazmur 63: 2-9)

Bertahan dalam Iman dan Pengharapan atas Kasih dan Pemeliharaan Tuhan dalam Hidup (Mazmur 63: 2-9)
“Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.” (Mazmur 63: 4)

Raja Daud mengungkapkan keyakinannya pada Allah tentang apa yang diharapkannya dengan gembira, “Dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai” (ayat 8). Merujuk pada sayap-sayap kerub yang terentang di antara tabut perjanjian, yang di atasnya Allah dikatakan bersemayam, atau pada sayap-sayap burung, yang di bawahnya anak-anaknya yang tidak berdaya bisa berlindung, seperti anak-anak rajawali. Namun yang terutama makna refleksinya adalah tentang kuasa ilahi yang kuat, melindungi, penuh kasih dan kelembutan. Ungkapan benar dan indah yang sering digunakan pemazmur.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita seperti atau minimal mau seperti pemazmur? Kuat bertahan dalam iman dan pengharapan, karena selalu tersedia atas Kasih dan Pemeliharaan Tuhan? Mari mencari dan mari berpegang teguh akan pertolongan Allah melalui iman dan doa pengharapan, seperti anak-anak ayam/burung, ketika merasa dingin atau ketakutan, secara naluriah langsung berlari ke bawah sayap induknya, berlindung dan merasa aman. Mari mengandalkan Kasih dan Pemeliharaan Tuhan yang mampu dan siap sedia untuk menolong anak-anak-Nya. Sehingga kita selalu mendapat kesegaran dan kepuasan dalam pemeliharaan dan perlindungan-Nya. Berserah diri kepada Allah, mendatangkan ketenangan, kepuasan sesungguhnya dan senang bahagia, bahkan di saat-saat ketakutan dan bahaya besar.

Sekarang, “paskah” sesungguhnya sudah kita mulai, di minggu-minggu pra paskah yang masih kita tapaki. “Kebangkitan” menjadi proses pra / sebelum, sebab sehakikinya Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus sudah hadir di dunia, membuktikan cinta kasih serta pemeliharaan keselamatan-Nya atas kita manusia, atas seluruh ciptaan. Terus menerus melekat dan setia taat dalam iman, pengharapan dan kasih. “Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku.” (ayat 9). Seperti kita bisa merasakan langsung usap belaian “tangan” kasih sayang Tuhan Allah, dan “dekapan”-Nya. Dimiliki-Nya dan hidup sesuai standart anak-anak yang dipersilakan berada di bawah “sayap”-Nya, bahkan di tengah angin penderitaan dan perjuangan yang tipis namun tajam, atau besar sekali seperti angin badai, kita tetap bisa mengasihi dan berbuat lebih banyak kebaikan kepada sesama manusia, tiap hari bibir, jari jemari kita, tangan dan kaki , serta sepenuh tubuh setiap kita memuliakan “induk kita” -Allah yang selalu sungguh amat baik- , Allah yang pasti memelihara kita. Allah yang kasih-Nya lebih baik dari hidup. Amin

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.