Renungan Minggu, 3 Juli 2022
BERTOLONG-TOLONGAN MENANGGUNG BEBAN
(Galatia 6: 1-10)
“ Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. ”
(Galatia 6: 2)
Bertolong-tolongan Menanggung Beban
Menurut Anda, manusia itu lebih condong mementingkan diri sendiri atau mementingkan orang lain?
Dengan cepat, banyak orang akan menjawab: manusia pasti lebih condong mementingkan diri sendiri dibandingkan orang lain. Ya, jawaban ini ada benarnya juga, namun mungkin juga tidak sepenuhnya menggambarkan dinamika yang terjadi pada manusia.
Menurut saya, manusia selalu berjuang dalam pergumulan-pergumulan ke mana mengarahkan “bandul” pementingan diri sendiri atau pementingan orang lain.
Jatuhnya”bandul” dalam banyak hal bisa dinilai dari beragam perspektif untuk mengetahui sudah benar atau malah salah, sudah baik atau malah jahat, sudah bertanggung jawab atau malah tidak bertanggung jawab.
Contohnya: di piring Anda ada 3 potong paha ayam yang siap Anda santap, sementara di sebelah Anda ada anak kelaparan mohon 1 potong paha ayam.
Sudikah Anda memberikan anak kelaparan itu 1 potong paha ayam?
Apa pun respons Anda tentu dapat dinilai secara etika dan iman.
Kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus menyerukan sikap hidup yang saling menopang dan memulihkan satu dengan yang lain: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu.
Beban di sini bermakna luas, tidak hanya beban fisik melainkan juga beban rohani.
Beban rohani muncul ketika seseorang tergelincir dalam dosa.
Orang yang tergelincir dalam dosa perlu kehadiran saudara seiman untuk kembali bangkit dari ketergelincirannya. Kehadiran saudara seiman adalah kehadiran yang menopang, bukan kehadiran yang menghakimi.
Melalui topangan inilah beban akan lebih mudah diatasi dan panggilan pertobatan akan mudah dipenuhi.
Demikian juga dengan beban fisik, misalnya kondisi perekonomian atau kesejahteraan hidup jemaat.
Ketika melihat sesama saudaranya yang tidak bisa makan, apakah yang bisa diperbuat oleh orang Kristen Galatia untuk meringankan beban mereka?
Seruan Rasul Paulus adalah seruan kolektif.
Beban seorang jemaat tidak harus ditanggung oleh seorang jemaat yang lain. Jemaat sebagai persekutuan, secara kolektif bisa bersama-sama menopang beban jemaat.
Sebagai orang Kristen secara pribadi dan gereja sebagai persekutuan jemaat, kita dipanggil untuk memenuhi hukum Kristus ini.
Perhatikan: tindakan bertolong-tolongan ini dipahami oleh rasul Paulus sebagai hukum Kristus.
Jadi, ini bukan sekadar seruan sukarela, namun lebih merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengikut Kristus. Orang Kristen itu wajib hidup dalam saling tolong-menolong.
Orang Kristen yang hanya mementingkan diri sendiri dan abai terhadap kepentingan orang lain yang punya beban hidup, harus berlatih agar “bandul” pementingan diri sendiri bergerak ke pementingan sesama.
Amin.
Media: GKJ-N/No.27/07/2022
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.