Bertumbuh dalam Hikmat Allah Bapa (1 Korintus 1: 18-25)

Renungan Minggu – 7 Maret 2021

BERTUMBUH DALAM HIKMAT ALLAH BAPA (1 Korintus 1: 18-25)

“Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.”
(1 Korintus 1: 21)

oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th

 

Bertumbuh dalam Hikmat Allah Bapa

Dilansir salah satunya oleh dan dari cnnindonesia.com, perhatian masyarakat (dunia khususnya kita di Indonesia) kini tertuju kepada varian baru Covid yang rupanya sudah masuk ke Indonesia: “Ada dua jenis varian baru corona yang terdeteksi masuk ke Indonesia.
Kementerian Kesehatan telah menemukan varian baru corona B117 asal Inggris pada Januari 2021. Sementara Badan Intelijen Negara (BIN) menduga varian baru corona jenis D614G telah masuk Indonesia sejak September 2020 lalu.”

Namun dari perspektif iman dan rasional, pusat perhatian kita sebagai umat Kristen, baik sebagai pribadi, juga sebagai keluarga-keluarga yang mengaku beriman, dan khususnya sebagai gereja, SESUNGGUHNYA tetap bahwa pusat perhatian kita adalah TUHAN.
Karena itu, segala proses hidup, studi, pekerjaan dan semua pelayanan kasih kita kepada sesama manusia sesungguhnya adalah bersama bertumbuh dalam hikmat Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus, dengan urapan Roh Kudus.

Jika kita tidak memiliki pusat perhatian iman dan perhatian rasional, maka akan mudah terjadi salah pengertian dan bahkan muncul perselisihan. Inilah yang terjadi pada tahap-tahap awal terbentuknya jemaat Korintus di bacaan Firman Tuhan kali ini.
Beberapa orang dari keluarga Kloe merasakan adanya benih yang sedang merusak kebersamaan umat yang memang terdiri dari beberapa kelompok saat itu dan menyampaikannya kepada Rasul Paulus.

Paulus menjawab sekaligus mengajarkan suatu pokok yang penting.
Paulus menyebut bahwa masalah tersebut sebagai ‘perselisihan di antara kamu’. Paulus sendiri menolak untuk dijadikan pemimpin salah satu kelompok. Sebaliknya, ia menegaskan bahwa Kristus sebagai pusat pemberitaan Kabar Baik (baca ayat 24-25), pusat yang mempersatukan; dan demi Nama yang diberitakan itu, jemaat tidak boleh terpecah. Sebab misalnya ada yang sulit mendengar tentang pemberitaan keselamatan oleh Kristus, namun mungkin ada menolak untuk percaya dengan alasan seperti yang disampaikan oleh orang Yahudi, “mukjizat dulu, baru percaya”, atau bahkan ada yang menertawakannya seperti orang Yunani (coba baca lagi dan maknai lebih dalam khususnya ayat 18-23).

Rasul Paulus memberikan teladan kepada kita, bagaimana potensi-potensi dari dunia bisa fatal nantinya menyebabkan perpecahan dalam kumpulan orang percaya perlu dikenali, jika dengan kekuatan daging manusia dan dunia belaka sulit mengenal dan mengenali Allah.
Agar kebenaran iman, pengharapan dan kasih dalam kehidupan sehari-hari bisa murni diungkapkan. Untuk kemudian perbedaan-perbedaan yang ada dapat dikelola, dalam hikmat keselamatan Tuhan Yesus.
Gereja dalam wujud keluarga-keluarga Kristus dan pribadi lepas pribadi mampu mengarahkan semangat bersama belajar tunduk dalam Hikmat Allah Bapa, fokus di pusat perhatian proses penyelamatan Allah kepada dunia, melalui Tuhan Yesus Kristus. Seperti ayat 21 menegaskan demikian, “Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.”

Mari mengizinkan hikmat Kristus membuat kita melihat lebih dalam, bahkan paling dalam dari penampakan luar yang kita jumpai dalam keseharian. Misalnya di balik keberhasilan material, di balik posisi yang dicapai dalam pekerjaan dan bisnis dagang, di balik canda tawa apalagi mayoritas di keadaan pandemi sekarang kita banya lihat secara virtual, adakah murni kebahagiaan dan kesukaan kekal dari mengenal-mensyukuri anugerah Kasih Karunia Allah?
Sebaliknya, wajah kuyu dan rapuh orang-orang yang lemah, tubuhnya sakit menderita, sedang dalam perawatan dan tertekan beban berat adakah dalam hati kita berhikmat melihat hanya kasih dan kuasa Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia, tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkan apalagi melupakan mereka yang menderita dan kita semua.
Sehingga kota selalu dan semakin percaya penuh dengan kehangatan cinta kasih siap berbagi peduli, mengasihi dengan nyata dan melayani dari hal-hal paling sederhana membantu dan menolong mereka yang jauh (sekali lagi jauh) lebih menderita di tengah pandemi sekarang ini.

Mari tiap kita berkomitmen memberi diri didorong oleh Roh Kristus untuk berinteraksi secara otentik menjadi Injil yang nyata, melalui perkataan, perbuatan, sikap, respons dan chating wa/fb/instagram dan media sosial di hidup kehidupan keluarga kita, keluarga besar juga, tetapi juga lebih luas kepada tetangga, para teman dan sahabat, semakin luas juga kepada lebih banyak orang lain.
Dengan sikap, perbuatan dan perkataan kita sehari-hari dari bentuk dan hal yang sederhana, yang kelihatan kecil dan sangat keseharian, mari mewartakan Kabar Baik kepada semua, menginjili dini dari lingkup sekitar di mana Tuhan menempatkan kita, dan tiada henti mendoakan, saling mendoakan dan bersama berdoa, sehingga kita terus makin bertumbuh, terus lanjut berbagi peduli dengan perbuatan-perbuatan “real” untuk sesama yang letih lesu di tengah pandemi yang berat sekarang ini.
Tiada henti menghadirkan hikmat syukur, hikmat semangat dan hikmat sukacita dalam hikmat-Nya.
Sebagai wujud nyata dari pertumbuhan setiap kita dalam hikmat Tuhan, terus-menerus hingga berbuah, dan bahkan berbuah-buah lebat menjadi saluran berkat bagi sesama manusia dan kehidupan.

Amin.

 

Media: GKJ-N/No. 10/03/2021

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share