BUKAN MENYENANGKAN KELUARGA, TETAPI MENYENANGKAN ALLAH (1 TESALONIKA 2: 1-8)

“Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tesalonika 2: 4)

Bukan Menyenangkan Keluarga, tetapi Menyenangkan ALLAH

Keteladanan umat jemaat di Tesalonika tersiar ke banyak tempat. Rasul Paulus sangat bangga, rasul Tuhan yang membimbing mereka, baik dari dekat maupun jauh, langsung atau secara tidak terlalu langsung melalui perwakilan serta teman-teman sepelayanan (mungkin istilah kita sekarang: “onsite atau online”). Teladan iman, pengharapan dan Kasih umat jemaat Tesalonika berhasil meninggalkan kesan-kesan baik pada diri banyak orang, perilaku mereka pun berdampak baik pada orang lain. Hal seperti inilah yang menjadi tantangan kita, umat jemaat GKJ Nehemia, juga gereja secara umum, dan orang-orang Kristen di zaman now untuk bersedia dan siap memberlakukan terus keteladanan yang nyata baik, sehingga dengan teladan tiap hari, di mana lain dan dalam keadaan bagaimanapun, kita bisa mempengaruhi orang lain. Bahkan muaranya mempengaruhi kehidupan bersama menjadi lebih baik.

Perhatikanlah, teladan yang dilakukan nyata oleh umat jemaat Tesalonika tersiar sangat meluas, dan melampaui batas-batas wilayah Tesalonika, bahkan sampai kepada orang-orang percaya di seluruh Makedonia, dan lebih jauh lagi ke Akhaya. Jemaat di Filipi, dan orang lain yang menerima Injil sebelum jemaat Tesalonika, dibangun oleh teladan mereka. Perhatikanlah, sebagian orang yang dipekerjakan terakhir untuk menggarap kebun anggur kadang-kadang mengungguli orang-orang yang sudah terlebih dulu dipekerjakan, dan menjadi teladan bagi mereka.

Karena itulah, mari menjadi “umat dan jemaat Tesalonika zaman now”, bahkan mulai dari keluarga kita mari menjadi teladan kehidupan, sebab keluarga adalah sel terkecil dari jemaat yang terbuka menerima dan tetap mewartakan Injil dengan penuh sukacita, kapanpun dan bahkan di saat-saat penindasan. Sukacita dan nilai-nilai Injil yang luhur tidak dinikmati keluarga kita sendiri saja, tetapi tumpah dan memancar keluar sehingga dikenal dan dinikmati keluarga-keluarga lain dan banyak orang. Inilah jemaat yang misioner, kota yang di atas bukit sehingga banyak orang mengenal dan memuliakan Tuhan karena mereka. Injil memancar di seluruh wilayah Makedonia dan Akhaya karena teladan-teladan yang dimiliki dan dibagikan keluarga umat Tuhan di Tesalonika.

Paulus bangga dan memuji jemaat Tesalonika. Namun, pujian Paulus ini tidak mutlak ditujukan kepada jemaat, untuk kemuliaan jemaat, karena tujuan pujian itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Segala ucapan syukur hanya tertuju kepada Allah (baca ulang dan maknai ayat 1).
Tidak dapat disangkal bahwa tidak ada jemaat sempurna. Tetapi masih banyak potensi positif yang dimiliki oleh gereja dan keluarga-keluarga sebagai tubuh Kristus. Tuhan telah mempergunakan gereja sebagai alat-Nya dan begitu banyak orang yang telah menikmati hasil karya gereja, khususnya melalui sikap dan tindakan nyata keluarga-keluarga umat jemaat di tantangan, pergumulan dan perjuangan zaman sehari-hari.

Mari, semakin menjadi umat jemaat teladan, dimulai dari diri pribadi kita, dan khususnya bersama keluarga kita dengan keluarga-keluarga lainnya untuk mewujudkan/mewujud nyatakan keteladanan iman, pengharapan dan Kasih Kristus. Sehingga semakin banyak orang dan keluarga lain (suku, bangsa dan agama apapun juga) juga menikmati Kasih Allah Bapa, hikmat penyelamatan Kristus dan kedamaian hati-pikiran dalam urapan Roh Kudus, bersama keluarga lain, keluarga kita menemukan “oase” keteladan Kasih dan terus membagikannya di tengah-tengah kehidupan “padang pasir” yang cenderung kian kering (baik panas iklim cuaca belakangan ini, juga geopolitik Indonesia dan bahkan peperangan di dunia) sehingga tetap ada kesejukan damai dan sejahtera dalam dan dari keluarga bagi dunia.

Amin.

Media: GKJ-N/No.05/10/2023

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share