Renungan Minggu, 22 Mei 2022
DARI GELISAH MENJADI DAMAI SEJAHTERA
(Yohanes 14: 23-29)
“…Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
(Yohanes 14: 27)
Dari Gelisah Menjadi Damai Sejahtera
Gelisah itu rasanya tidak nyaman.
Coba ingat kembali saat kita gelisah karena sesuatu hal, apa yang terjadi?
Pikiran dan perasaan kita tidak tenang. Gelisah juga menyebabkan kita tidak bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Fisik dan psikis kita merasakan dampaknya. Pernahkah Anda susah tidur gara-gara merasa gelisah?
Pasti pernah.Saya juga pernah.
Yesus memberitahukan pada para murid-Nya bahwa ada saatnya Ia tidak akan ada lagi bersama-sama mereka secara fisik-ragawi dalam kehidupan di bumi.
Situasi semacam ini bisa memunculkan kegelisahan dan kegentaran hati.
Murid yang ditinggal pergi gurunya, tentu akan merasakan dampak fisik dan psikis.
Namun Yesus tidak asal berpisah dengan mereka.
Perpisahan secara ragawi memang harus terjadi, namun demikian bukan berarti Yesus akan langsung lenyap dalam kehidupan mereka.
Yesus tetap menyertai mereka bukan dalam kehadiran ragawi, namun spiritual.
Kehadiran nonfisik Yesus ini nyata dalam kehadiran Roh Kudus, Sang Roh Penghibur.
Melalui Roh Kudus, karya trinitarian Allah terwujud: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan murid-murid terhadap apa yang telah diajarkan Yesus pada mereka (ayat 26).
Itulah sebabnya para murid tidak perlu merasa sendirian, ditinggal pergi oleh Yesus. Yesus tetap hadir dalam kehadiran nonfisik melalui Roh Kudus. Dengan demikian, murid-murid tidak perlu merasa gelisah dan gentar karena ketidakhadiran Yesus secara ragawi dalam hidup mereka.
Yesus menegaskan damai sejahtera-Nya senantiasa dianugerahkan kepada para murid-Nya walaupun mereka kini tidak lagi mengalami kehadiran Yesus secara ragawi.
Damai sejahtera inilah yang semestinya tetap memampukan para murid untuk tetap berkarya dan melanjutkan misi mereka di tengah-tengah dunia ini.
Kita, sebagai pengikut Kristus abad ini, tidak pernah mengalami kehadiran fisik-ragawi Yesus seperti para murid.
Namun kenyataan ini, tidak harus membuat kita gelisah dan gentar menghadapi tantangan hidup kita sebagai pengikut-Nya.
Kita tidak pernah sendirian dalam perjalanan iman kita di dunia ini. Yesus menyertai kita dalam kehadiran nonfisik, dalam karya Roh Kudus yang kita terima dalam hidup sehari-hari.
Tidak perlu juga membayangkan ada “mata Yesus di surga” yang senantiasa mengawasi hidup kita di bumi ini, tetapi ada “mata Yesus” dalam setiap karya Roh Kudus yang memelihara dan menyertai kehidupan kita.
Intinya, jangan pernah merasa sendirian, atau jangan pernah merasa diabaikan oleh Yesus betapapun kita tidak pernah melihat Yesus secara fisik-ragawi saat kita hidup di dunia ini.
Amin.
Media: GKJ-N/No.20/05/2022
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.