Ekspresikan Ketaatan Iman dalam Menjalani Hidup sebagai Warga Negara (Ibrani 11: 1-3, 8-10)
“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.” (Ibrani 11: 8)
Penulis Kitab Ibrani sangat menekankan Iman dan ekspresi ketaatan iman dalam kehidupan sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus, baik sebagai persekutuan orang percaya (warga gereja), maupun sebagai warga negara. Karena itulah ia meminta orang-orang Ibrani untuk memerhatikan anugerah iman dan hidup beriman sebagai penawar terbaik melawan kemurtadan dan di keseharian secara nyata hidup teguh dalam iman kepada Kristus. Definisi serta pemaknaannya langsung tersedia di atau dari ayat 1, bahwa Iman dan harapan berjalan bersama-sama. Hal-hal yang kita harapkan adalah sama juga dengan hal-hal yang kita imani. Iman adalah keyakinan dan harapan teguh bahwa Allah akan menggenapi semua yang telah dijanjikan-Nya kepada kita di dalam Kristus. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.
Dan Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman menunjukkan kepada akal budi kenyataan dari hal-hal yang tidak dapat dicerna oleh mata jasmani. Iman adalah persetujuan teguh dari jiwa terhadap janji ilahi, dan mencerahi jiwa bahwa Allah itu benar. Iman hanyalah pendapat atau angan-angan belaka jika ia tidak membuat nyata hal-hal yang tak terlihat, menggerakkan tubuh berekspresi dan berbuat sesuai kebenaran Allah dalam Kristus, dalam tuntunan Roh Kudus.
Mari dengan nyata dalam kehidupan sehari-hari, kita meng-ekspresikan ketaatan iman. Bahkan iman yang menang dalam situasi yang paling buruk sekalipun. Baik saat menjalani pergumulan dan perjuangan dalam keluarga, kehidupan dengan tetangga, di lingkungan, bahkan kota di mana Allah menempatkan kita, juga sebagai warga negara Indonesia yang kini memasuki bulan berekspresi kemerdekaan, dan ekspresi iman kita yang taat menjalani hingga kehidupan semesta raya. Adakah orang-orang yang mampu hidup beriman seperti itu? Penulis Ibrani melengkapi uraiannya dengan teladan dari beberapa tokoh Perjanjian Lama (baca lagi lebih lengkap Ibrani 11:1-12:4). Bahkan banyak di antara mereka, hidup hanya memegang janji-janji Allah tanpa melihat realisasinya pada masa mereka hidup. Akan tetapi, janji-janji itu cukup membuat mereka menjalani kehidupan sehari-hari dengan taat kepada Tuhan. Mereka bahkan hidup taat seakan-akan janji-janji itu sudah digenapi. Mari kita berjuang meng-ekspresikan ketaatan iman seperti itu. Merdeka! Amin.
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.