Ia Merendahkan Dirinya Dan Taat Sampai Mati (Filipi 2: 5-11)

Renungan Minggu, 10 April 2022
Palmarum

IA MERENDAHKAN DIRINYA DAN TAAT SAMPAI MATI
(Filipi 2: 5-11)

” Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. ”
(Filipi 2: 8)

 

Ia Merendahkan Dirinya Dan Taat Sampai Mati

Apa yang ada di pikiran kita kalau mendengar kata “rendah”?
Pada umumnya kita dengan cepat menghubungkan atau mengartikan kata rendah dengan hal-hal negatif.
Namun demikian, ada juga kata “rendah”, dalam arti positif.
Yaitu ketika kata  rendah dihubungkan dengan hati.
Dengan demikian, menjadi: rendah hati. Orang itu rendah hati.
Kalimat ini bermakna orang itu tidak sombong atau tidak angkuh.
Mari kita bandingkan rendah diri dengan rendah hati.
Mana yang lebih baik rendah hati atau rendah diri?
Kalau diperhatikan, jelas ada perbedaan makna, rendah diri dengan rendah hati, betapa pun ada unsur “ rendah”-nya. Rendah diri selalu menunjuk pada kekurangpercayaan atau rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri sedangkan rendah hati justru menunjuk pada keyakinan/penghargaan  diri yang tinggi tetapi diungkapkan tidak dalam suasana kesombongan/keangkuhan.
Mestinya, kita semua lebih ingin menjadi pribadi yang rendah hati, dibandingkan pribadi yang rendah diri.

Rasul Paulus mengajak orang-orang Kristen untuk meneladan Kristus.
Apa yang harus diteladan dari Kristus?
Tentu ada banyak yang harus diteladan.
Rasul Paulus menyebutkan contohnya: pikiran dan perasaan pengikut Kristus mesti sama atau sejalan dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus
(ayat 5).

Kata Yunani yang dipakai Paulus adalah phrén, yang bisa berarti pikiran, perasaan, pemahaman, atau perilaku.
Lalu, pikiran, perasaan, dan perilaku Kristus yang mana yang harus ditiru?
Menurut Paulus: Kerendahanhati-Nya dan ketaatan-Nya pada kehendak Sang Bapa.

Kerendahan hati dan ketaatan Yesus ini menjadi model bagi kita untuk hidup dalam kerendahan hati dan ketaatan pada kehendak Allah dalam hidup kita.
Memiliki pikiran, perasaan, dan perilaku seperti Kristus bisa jadi memang bukan perkara yang mudah.
Akan tetapi, bukankah sudah menjadi tugas panggilan kita untuk hidup meniru atau meneladan Kristus?

Orang-orang Kristen sudah mestinya menjadi orang-orang yang rendah hati, bukan rendah diri.
Orang Kristen yang rendah diri, akan melihat dirinya sendiri tidak berharga.
Ia tidak melihat ada yang baik dan berharga dalam dirinya sendiri, sehingga tidak ada sesuatu yang akan ia lakukan untuk mengubah hidupnya atau orang lain menjadi lebih baik.
Orang Kristen yang rendah hati, sangat yakin akan harga dirinya dan orang lain, sehingga ia sadar ada sesuatu dalam dirinya yang berharga yang bisa ia pergunakan demi kepentingannya sendiri maupun orang lain.

Amin.

Media: GKJ-N/No.15/04/2022

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.