Ibadah Sebagai Kesatuan Iman dan Perbuatan (Yakobus 2:14-26)

Renungan Minggu, 5 September 2021

IBADAH SEBAGAI KESATUAN IMAN DAN PERBUATAN (Yakobus 2:14-26)

“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” ()
(Yakobus 2:17)

 

oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

 

Ibadah Sebagai Kesatuan Iman dan Perbuatan

Selamat memasuki September 2021. Hampir 2 (dua) tahun perjalanan kita di pandemi global.

Yakobus mengajak mencamkan dalam hati kebenaran bahwa iman harus berkarya dalam kasih.
Kebenaran itu perlu dicamkan dalam hati orang yang percaya kepada Tuhan, menjalani konteks perjuangan kehidupan yang nyata, dengan merespons dan mempertanggungjawabkannya dengan perbuatan (-perbuatan) nyata tiap hari, tiap waktu.
“Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” (Yakobus 2:14)

Ibadah Iman: Percaya akan Tuhan atau Percaya kepada Tuhan?

“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”(Yakobus 2:17).

Ayat 19 jelas menegaskan bahwa bukan sekadar percaya akan Tuhan, sebab setan-serta pun melakukannya, perhatikan: “ Engkau percaya, bahwahanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”
Percaya akan Tuhan, artinya percaya bahwa Ia adalah Tuhan.
Percaya kepada Tuhan adalah mengasihi Dia.
Banyak orang, bahkan orang jahat percaya bahwa Tuhan mengatakan kebenaran, dan mereka percaya akan yang dikatakan itu sebagai kebenaran meskipun mereka tidak menginginkannya atau terlalu malas untuk mengikutinya.
Percaya bahwa Ia adalah Tuhan juga adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh setan-setan.
Tetapi percaya kepada-Nya dan mengikuti Dia hanya benar terjadi pada mereka yang mengasihi Tuhan, yaitu umat Kristen, yang ngga “hanya ngomong doang aku percaya,” yang tidak hanya namanya saja tanpa perbuatan dan hidup yang membuktikan hal itu.

Sebab tanpa kasih, iman itu sia-sia. Ini lah kemudian yang ditegaskan dalam Nats kita kali ini bahwa, “disertai perbuatan” menunjuk kepada kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia yang diperintahkan dalam Alkitab dan yang bersumber dari iman yang sungguh-sungguh, hati yang murni, kasih karunia Allah, dan keinginan untuk menyenangkan Kristus.
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”(Yakobus 2:17).

Iman Disertai Perbuatan-Perbuatan Peduli Kasih

Ya dan Amin, iman yang disertai perbuatan baik adalah iman yang hidup.
Tidak sekadar ingin melakukan perbuatan Kasih, untuk peduli, berbagi dan ingin melakukan perbuatan baik, tetapi benar-benar nyata dilakukan, benar-benar hidup.
Iman yang hidup inilah, yang kita peroleh karena kasih karunia Allah, yang dapat menyelamatkan kita (lih. Ef 2:8-10; Tit 3:5-8; Yak 2:14-26).
Dengan demikian, jika kita ingin diselamatkan kita harus mempunyai iman yang hidup, yaitu iman yang dinyatakan dengan perbuatan baik/ kasih.

Dari pelajaran Sabda Firman Minggunpertama memasuki September 2021 ini, mari berwujud semakin nyata salam ibadah kita.

Baik Ibadah tiap Hari Minggu, dan juga “ibadah tiap” dalam perbuatan-perbuatan nyata bagi orang lain di pandemi sekarang ini.
Mari nyata saling peduli berbagi Kasih, misalnya dengan mendukung Tim Tanggap Covid-19 Peduli Kasih (TCPK) GKJ Nehemia.
Namun juga mari mulai dari hal-hal yang “receh,” yang kelihatan sederhana dan kecil, kita setia melakukan perbuatan-perbuatan baik penuh cinta kasih yang nyata bagi sesama manusia dan untuk segenap kehidupan.
Jangan beribadah dan hidup dengan “iman yang mati”, tidak berada di dalam rahmat Tuhan, tidak mempunyai kasih sebab kasih adalah jiwa dari segala kebajikan lainnya.
Iman tanpa harapan, perkataan dan perbuatan dalam Kasih, tidaklah menyatukan manusia dengan Kristus ataupun menjadikan kita sebagai anggota yang hidup bagi tubuh-Nya.

Karena itu, apa yang dikatakan Yakobus benar sekali bahwa, “..iman tanpa perbuatan adalah mati,”

Di ayat terakhir, ayat 26 demikian: “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”

Yakobus menjelaskan dengan terang sekali bahwa iman tanpa perbuatan sangatlah tidak masuk akal sama sekali. “Kebenaran iman melibatkan tidak saja kepercayaan di dalam hati, tetapi juga pengungkapan ke luar, yang diekspresikan tidak saja dengan pernyataan iman seseorang, tetapi juga dengan perbuatan-perbuatan yang melaluinya orang itu menunjukkan imannya.
Seperti tarik-hembusan nafar kita tiap waktu, mari mulai dari yang “receh” itu tadi, melakukan ibadah kita (Ibadah Minggu dan “Ibadah” bersama dan bagi orang lain di kehidupan setiap hari) dengan kesatuan dari iman kepada Tuhan dan berwujud perbuatan-perbuatan peduli Kasih yang nyata. Inilah ibadah kita.

Amin.

Media: GKJ-N/No.36/09/2021

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.