Ibadah Sebagai Tanda Dan Karya: Keselamatan (Mazmur 149: 1-5)

Renungan Minggu 6 September 2020

IBADAH SEBAGAI TANDA DAN KARYA: KESELAMATAN (Mazmur 149: 1-5)

“Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.”
(Mazmur 149: 4)

Dipimpin oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th

 

Ibadah Sebagai Tanda Dan Karya: Keselamatan

Ibadah selalu harus mewujudkan tanda dan karya keselamatan.
Itulah sebabnya banyak gereja, termasuk GKJ Nehemia memantau terus perkembangan pandemi Covid ini, untuk memutuskan kapan ibadah on site bisa dilaksanakan.
Kepedulian kita adalah keselamatan jemaat. Gereja tetap harus menjadi sumber keselamatan, bukan sumber  kluster baru penderita covid. 

Mazmur ini merupakan mazmur sukacita.
Allah memberikan keselamatan, kemenangan, dan perlindungan bagi umat-Nya.
Tidak ada umat yang tidak ingin menerima keselamatan, kemenangan dan perlindungan dari Tuhan.
Terlebih dalam situasi krisis, karya pertolongan Tuhan tersebut akan semakin dirasakan penting oleh umat.

Umat Israel telah mengalami pasang surut kehidupan, termasuk saat krisis dibuang ke Babel. Menurut para ahli, mazmur bagian ini dikenal oleh umat sesudah pembuangan di Babel. Kembalinya mereka dari pembuangan Babel, mereka pahami sebagai karya penyelamatan Allah dalam hidup mereka. Mereka telah menerima mahkota keselamatan dari Tuhan. Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan (ayat 4). 

Dengan keselamatan yang telah mereka terima itulah, mereka diundang untuk mewujudkan kehidupan yang baru.“Nyanyikanlah bagi Tuhan nyanyian baru! (ayat 1). Hidup baru pasti ada bedanya dengan hidup lama. Hidup umat sebelum pembuangan pasti ada bedanya dengan hidup umat sesudah pembuangan. Namun apapun perbedaan yang ada, perbedaan itu tetap harus mewujudkan tanda dan karya penyelamatan Allah dalam kehidupan umat.

Dari altar ibadah, keselamatan itu harus terpancar ke segala aspek hidup umat beriman dalam relasinya dengan dunia sekitar. Dalam bahasa kita sekarang ini, yang masih melakukan ibadah keluarga di rumah, dari altar keluarga kita, haruslah terpancar keselamatan Allah dalam relasi kita dengan masyarakat sekitar. Kehadiran umat Kristen tidak boleh menjadi sumber keresahan masyarakat. Kehadiran umat Kristen di tengah-tengah masyarakat harus menjadi model utama bagaimana keselamatan Allah itu diterima dan menjadi sumber keselamatan bagi orang lain.

Ketika ada orang-orang Kristen yang mengabaikan protokol medis dalam relasinya dengan masyarakat dalam masa pandemi ini, masyarakat akan menilai kehadiran orang-orang Kristen bukan sebagai tanda dan karya keselamatan. Sebaliknya, orang-orang Kristen malah bisa dilihat sebagai tanda dan karya penderitaan dan penularan penyakit bagi sesamanya. Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th. 

Share