IBADAH SEBAGAI TANDA PANGGILAN ALLAH (KELUARAN 3: 1-15)
“Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”(Keluaran 3: 10)
Ibadah Sebagai Tanda Panggilan Allah
Tuhan Allah tegas memanggil dan menjanjikan penyertaan dengan bukti bahwa suatu hari orang Israel akan beribadah di gunung Horeb, di mana Musa berada, di konteks teks kita kali ini.
Musa sempat menolak panggilan Allah itu, karena dulu ia pernah ditolak oleh bangsanya sendiri (Baca Keluaran 2:14-15). Musa buronan dari Firaun, merasa minder dan tidak layak menjalankan tugas panggilan Tuhan Allah tersebut. Bertahun-tahun hidup bergaul dengan ternak, mungkin membuat ia merasa tidak pede (percaya diri) untuk menghadapi manusia. Musa tidak merasa yakin bahwa orang Israel bersedia menerima dia sebagai seorang utusan Allah. Ia merasa belum mantap akan nama Tuhan yang mengutusnya. “Siapakah aku ini” pernyataan Musa pertama kali ketika mendapatkan penglihatan dahsyat berupa semak menyala, namun tidak terbakar. Jauh berbeda sikap Musa ini dengan ketika ia masih muda.
Dulu, dengan keberanian dan kegarangan ia tampil sebagai pembela umat-Nya. Sekarang, ia merasa tidak ada apa-apanya untuk dapat menjadi pemimpin bagi umat Israel ke luar dari Mesir (maknai ulang dengan baca ayat 11).
Namun Allah dengan sabar meladeni penolakan Musa dan menjawab satu persatu alasannya. Artinya Tuhan adalah Allah yang kekal dan tidak pernah berubah, baik kemarin, sekarang, maupun selama-lamanya. Allah memanggil Musa dan bangsa pilihannya -umat Allah- itu untuk percaya, beribadah dan melakukan perintah Firman-Nya.
Itulah mengapa Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai “Aku adalah Aku” (baca ulang ayat 14). Dengan nama ini, Musa bersedia, ia diberi otoritas untuk menyampaikan panggilan dan rencana pembebasan Allah atas umat-Nya kepada tua-tua Israel dan kepada Firaun.
Tuhan Allah melihat ia sudah siap dan waktunya sudah tiba. Musa sudah siap oleh karena ia tidak lagi bersandar pada kekuatannya sendiri seperti dulu ketika masih muda. Ia juga tidak mengandalkan kepandaian yang didapatkannya dari pendidikan tinggi Mesir. Musa sekarang siap mendengar panggilan-Nya dan siap untuk berempati dengan umat-Nya. Dan mereka mereka semua siap untuk beribadah dan melakukan Sabda Firman Allah.
Tuhan memanggil Musa dengan menjumpai dirinya secara langsung. memperkenalkan dan menghadirkan identitas-Nya kepada Musa dan segenap umat Allah, bahwa harus jelas dibedakan diri-Nya adalah Tuhan Allah yang layak disembah semua umat yang percaya kepada Tuhan Allah, bukan menyembah beribadah kepada para dewa Mesir pun dewa-dewa Midian.
Tuhan Allah memanggil dan menyatakan rancangan-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya karena mereka (dan kita semua orang yang percaya kepada Allah) adalah umat perjanjian Abraham. Perjanjian Abraham itu meliputi keturunan yang banyak dan tanah perjanjian yang permai (maknai ayat 8, baik hidup damai sejahtera di muka bumi dengan berbagai gejolak pergumulan hidup, juga keselamatan hingga masuk Surga abadi kekal).
Yang membuat hidup, studi, pekerjaan, dagang bisnis, dan segenap pelayanan kita berhasil bukan karena kita, melainkan siapa Allah yang memanggil dan mengutus kita! Dia adalah Tuhan Allah yang berdaulat untuk menyertai, memperlengkapi, memberkati terus-menerus tiada henti.
Oleh sebab itu, mari kita beribadah hanya kepada Tuhan Allah, tidak hanya ibadah Minggu tetapi juga ibadah setiap hari, semakin mengasihi Allah, percaya dan mengandalkan Allah dalam segala hal yang Ia percayakan seturut kehendak-Nya, dengan cara-Nya, sesuai waktu-Nya, dengan wujud semakin mewujudkan ibadah Kasih kita. Mengasihi keluarga dan sesama manusia dengan nyata tiap hari, ibadah yang sejati sebagai tanda panggilan Allah.
Amin.
Media: GKJ-N/No.01/09/2023
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.