“Tetapi TUHAN menjawab Musa: “Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu? Sekarang engkau akan melihat apakah firman-Ku terjadi kepadamu atau tidak!”(Bilangan 11: 23) Manusia rupanya bisa menjadi kecewa dan bahkan mengungkapkan kekecewaan mereka kepada Tuhan. Tentu saja ekspresi kekecewaan itu bisa disebabkan oleh banyak hal. Misalnya: Doa-doa yang tidak dikabulkan. Penyakit yang tidak kunjung sembuh. Bisnis yang gagal dan bangkrut. Pengalaman dukacita yang mendalam. Beban dan penderitaan hidup yang dihadapi. Kekecewaan semacam ini bisa muncul tampaknya didasarkan pada anggapan bahwa Tuhan lah yang sepenuhnya harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab Tuhan, Tuhan menjadi pihak penerima kekesalan, kekecewaan, kemarahan, bahkan juga kebencian manusia atas apa yang terjadi dalam hidupnya.
Umat Israel yang sedang berada di padang gurun, merasa kesal dan kecewa kepada Tuhan yang mereka anggap harus bertanggung jawab atas nasib yang mereka alami. Di padang gurun mereka merasa kekurangan gizi, karena hanya makan roti manna. Mereka menuntut bisa makan daging. Kekecewaan yang mereka alami di padang gurun bahkan membuat mereka menjadi “buta” atas kasih dan penyelamatan Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Dengan entengnya, mereka berujar bahwa keadaan mereka di Mesir malah lebih baik daripada keadaaan mereka sekarang. Masih enak di zaman Mesir, dibandingkan zaman sekarang.
Musa bahkan juga terjebak dalam cara berpikir mayoritas umat yang tidak benar di hadapan Tuhan. Ia juga ikut-ikutan menganggap Tuhan telah memperlakukan umat-Nya dengan buruk (Bil. 11: 10). Ia juga meragukan kuasa Tuhan untuk menopang kehidupan umat di padang gurun tersebut (Bil.11: 22). Tuhan menanggapi semua kekecewaan dan keluhan umat dan Musa, dengan mengatakan: “Masakan kuasa Tuhan akan kurang untuk melakukan itu?”
Jika suatu saat Anda merasa kecewa terhadap Tuhan atas apa yang terjadi di dalam hidup Anda, jangan justru mengabaikan Tuhan, tetapi carilah Tuhan! Carilah Tuhan dalam firman-Nya yang kita baca dan dengarkan, terutama juga dalam ibadah yang kita hayati. Melalui ibadah, dalam setiap perjumpaan kita dengan saudara seiman dan firman-Nya, kita akan dimampukan untuk tetap meyakini kuasa Tuhan yang menopang kehidupan kita dalam segala keadaannya. Amin. Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.