IMAN YANG TIDAK TAWAR HATI SAAT MENGHADAPI MAUT (2 KORINTUS 4: 13 – 5: 1)

”Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.”
(2 Korintus 4: 16)

Iman Yang Tidak Tawar Hati Saat Menghadapi Maut

Sebuah sajak karya John of the Cross, seorang tokoh reformasi abad ke-16, yang berjudul “I Went In, I Knew Not Where” (Aku Masuk, tetapi Tidak Tahu Ke Mana), menggambarkan kebijaksanaan dan keajaiban yang ditemukan dalam perjalanan hidup yang penuh penyerahan diri. Sajak ini menekankan bahwa ketika manusia berjalan “melampaui batas pemahamannya”, maka ia belajar untuk “memahami Yang Ilahi dalam segala wujudnya”.
Melalui sajaknya, penulis ingin membawa pembaca untuk mengalihkan fokus dari apa yang dapat dikendalikan dan dipahami kepada jalan Allah yang tidak terduga dan indah.

Hal ini juga yang ditekankan Paulus kepada jemaat di Korintus dan setiap orang percaya saat ini dalam 2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1, bahwa setiap orang percaya harus melepaskan pemahaman mereka yang terkurung dalam pergumulan hidup di dunia yang kelihatan, supaya mereka dapat memiliki pengharapan yang tertuju pada Yesus Kristus, yakni pengharapan akan kebangkitan dan hidup kekal.

Iman seperti inilah yang harus dihidupi dan disuarakan di setiap sudut perjalanan kehidupan setiap orang percaya. Bukan seperti orang yang tawar hati, dengan pandangannya yang negatif terhadap diri sendiri dan cenderung menarik diri bahkan tidak lagi peduli terhadap dirinya maupun sesama akan membuat ia kehilangan gairah dalam kehidupannya.

Mari melakukan hal baik dan benar bagi sesama sebagai bentuk panggilan iman kita setiap orang percaya. Menjalani prinsip yang berlandaskan pada Firman Tuhan agar kita dimampukan untuk melihat lebih dalam tentang arti pentingnya nilai hidup manusia.

Amin.

Media: GKJ-N/No.02/06/2024

Oleh: Merdekawati Solannia Mansula

Share