JANGAN BIARKAN TANGAN-KAKI-MATA MENYEBABKANMU BERBUAT DOSA
(SAMPUN NGANTOS NGIMBAR ASTA-SUKU-MRIPAT PANJENENGAN KANGGE DAMEL DOSA)
(MARKUS 9: 42-50)

”Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi tawar, dengan apakah kamu mengasinkannya?” (Markus 9: 50, TB2)

Jangan Biarkan Tangan-Kaki-Mata Menyebabkanmu Berbuat Dosa

Semua anggota tubuh kita bisa menyebabkan kita berbuat dosa.Tangan, kaki, mata. Apa yang harus dilakukan terhadap anggota-anggota tubuh ini? Sebuah pertanyaan yang sederhana, namun tidak mudah menjawabnya. Pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang harus dijawab oleh kaum beragama sejak dulu kala. Ada yang menyarankan: perbaikan atau rekonstruksi. Bagian organ tubuh yang menyebabkan dosa diperbaiki agar tidak lagi mudah menyebabkan berbuat dosa. Entah, bagaimana cara perbaikannya. Ada juga yang menyarankan: pelatihan. Organ tubuh tersebut tidak perlu direkonstruksi, cukup dilatih saja. Dengan latihan yang baik, organ tubuh tersebut dapat diarahkan untuk hal-hal baik. Namun ada juga yang menganjurkan cara yang radikal: amputasi anggota tubuh. Potong dan singkirkan bagian tubuh yang menyebabkan manusia berbuat dosa. Jika tidak dilakukan amputasi, penyakitnya bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya yang sehat.

Apakah dalam sabda-Nya ini, Yesus mendukung cara radikal ini, perintah untuk melakukan amputasi bagian tubuh yang menyebabkan seseorang berbuat dosa? Coba kita perhatikan kata-kata Yesus yang keras: Jika tanganmu menyebabkan engkau berbuat dosa, penggallah! (ayat 43). Jika kakimu menyebabkan engkau berbuat dosa, penggallah! (ayat 45). Jika matamu menyebabkan engkau berbuat dosa, cungkillah!(ayat 47). Menurut saya tidak. Jika kita baca secara harfiah, kita memang bisa mendapat kesan Yesus memerintahkan cara radikal untuk mengatasi dosa-dosa yang disebabkan oleh anggota tubuh. Sebenarnya, Yesus memakai cara tutur hiperbola dengan perkataannya tersebut. Cara tutur hiperbola adalah cara tutur “menyangatkan”, cara tutur yang menggunakan bahasa yang melebih-lebihkan atau menyangatkan agar pendengar mau memperhatikan pesan yang hendak disampaikan. Jadi, pada dasarnya pesan yang hendak disampaikan dibungkus dengan bahasa yang melebih-lebihkan.

Lalu apa pesan Yesus sebenarnya? Bukan potong tangan dan kaki, juga bukan cungkil mata, melainkan pakailah tangan, kaki, dan matamu menjadi sarana menghadirkan Kerajaan Allah. Jika tidak, tangan-kaki-matamu tidak ada gunanya bagi kerajaan Allah dan bahkan menghambat hadirnya kerajaan Allah di dunia ini.
Itulah sebabnya, Yesus kemudian memakai kiasan garam untuk menekankan kegunaan dan makna hidup orang percaya. Orang percaya, dengan segala keberadaan anggota tubuhnya, harus menjadi pengikut Kristus yang berguna atau bermakna bagi Kerajaan Allah. Yesus mengatakan: Jika garam menjadi tawar, dengan apakah kamu mengasinkannya? (ayat 50).

Mari, kita gunakan segala anggota tubuh kita untuk turut menghadirkan Kerajaan Allah. Jangan sampai anggota tubuh kita justru menjauhkan kita dari Kerajaan Allah.

Amin.

Media: GKJ-N/No.05/09/2024

Oleh: Pdt. Dr. Agus Hendratmo