Jangan Lagi Mengeraskan Hatimu Saat Mendengar Suara TUHAN (Mazmur 95: 1-11)

Jangan Lagi Mengeraskan Hatimu Saat Mendengar Suara TUHAN (Mazmur 95: 1-11)
“Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,..” (Mazmur 95: 8)

Mengapa seseorang seringkali mengeraskan hati tidak mau mendengar dan menerima  pandangan dan nasihat orang lain terhadap dirinya? Pernahkah Anda merasa jengkel ketika pandangan atau nasihat yang Anda berikan tidak digubris sama sekali oleh orang lain?

Atau sebaliknya, pernahkah Anda langsung menolak pandangan atau nasihat orang lain karena Anda menganggap pandangan atau nasihat itu tidak cocok untuk Anda? Salah satu sebabnya adalah manusia pada umumnya mudah terjebak dalam bias konfirmasi (confirmation bias). Bias konfirmasi terjadi ketika kita gagal untuk berpikir secara jernih.
Dalam hal ini, kita menolak begitu saja pandangan atau nasihat yang sudah kita anggap tidak selaras dengan pandangan atau keyakinan yang kita miliki, tanpa mau memikirkan perbedaan pandangan itu dengan lebih jernih. 

Melalui mazmur ini, umat mendapat peringatan dari Tuhan.
Peringatan mengenai apa? Peringatan mengenai kekerasan hati umat pada Tuhan yang telah dilakukan pendahulu mereka di Meriba dan Masa (Kisahnya bisa dibaca di Kel. 17: 1-7; Bil. 20:1-13).
Umat Israel pada waktu itu mengeraskan hati terhadap suara Tuhan. Suara Tuhan jelas: Ia akan menyertai umat-Nya dalam perjalanan ke tanah yang dijanjikan Tuhan.
Namun umat lebih percaya dan mendengar suara mereka sendiri. Ketika mereka menderita karena kekurangan makanan dan air minum, mereka meragukan penyertaan Tuhan.

Umat pada zaman sang pemazmur diajak untuk lebih bisa jernih mendengar suara Tuhan dalam kehidupan mereka. Suara Tuhan, yang menyatakan kehendak dan kebenaran-Nya, bisa tertutup oleh ketakutan, kekhawatiran, dan keinginan umat, sehingga menyebabkan umat memilih suara mereka sendiri yang mereka anggap baik dan benar dalam menjalani kehidupan ini.
Ketika umat pada zaman pemazmur khawatir karena kelaparan dan kehausan yang mereka alami, mereka diajak untuk memberikan respons yang berbeda dengan pendahulu mereka di Masa dan Meriba.

Apa yang sekarang bisa membuat kita mengeraskan hati terhadap suara Tuhan?
Bisa karena bias konfirmasi, bisa karena kekhawatiran, ketakutan, dan keinginan pribadi kita.
Ada banyak hal lain lagi  yang tentu bisa mengeraskan hati kita saat mendengar suara Tuhan.

Jika ada jemaat yang berpikir: Saya beribadah ke gereja supaya mendapat ketenangan batin, kok malah teguran yang saya dapat dari kotbah. Jemaat tersebut terjebak ke dalam bias konfirmasi. Ia hanya mau mendengar yang “enak-enak” saja dari Firman Tuhan, tetapi menolak mendengar suara Tuhan yang menegur kesalahan atau dosa umat di hadapan Tuhan.

Ayo, jangan lagi mengeraskan hatimu saat mendengar suara Tuhan!  Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share