Jangan Menjadi Warga Negara yang Tiada Berguna bagi Bangsa ini! (Yeremia 23: 25-32)
“Sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan mereka yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta, demikianlah firman TUHAN, dan yang menceritakannya serta menyesatkan umat-Ku dengan dustanya dan dengan bualnya. Aku ini tidak pernah mengutus mereka dan tidak pernah memerintahkan mereka. Mereka sama sekali tiada berguna untuk bangsa ini, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 23: 32)
Allah melalui dan di konteks Nabi Yeremia, sepertinya meruntuhkan ungkapan “Populus vult decipi, ergo decipiatur” (“Masyarakat/umat mau ditipu, maka mereka pun tertipu”), dan menegur keras kesalahan (mayoritas) kepada para nabi-nabi palsu yang menyesatkan umat Allah dengan kebohongan dan dengan bualannya, dengan sanjungan-sanjungan dalam khotbah mereka yang membuat orang tenang dalam dosa-dosa mereka, dan dengan perilaku mereka yang seenaknya dan cemar mendorong orang untuk tetap berjalan di jalan dosa. Sekaligus Allah menyangkal bahwa mereka mendapat perintah dari Dia: Aku ini tidak pernah mengutus mereka dan tidak pernah memerintahkan mereka. Mereka bukan utusan-utusan Allah, dan apa yang mereka katakan juga bukanlah pesan-Nya.
Tuhan Allah menjadi lawan mereka yang membohongi dan meliciki umat serta bangsa pilihan-Nya itu. Bahkan Allah mencabut mereka dari posisi nabi. Mereka tidak lagi boleh menyebut Sabda Allah, seakan-akan Tuhan Allah memang berfirman lewat mereka. Mereka akan digantikan pemimpin-pemimpin baru yang setia menggembalakan umat-Nya.
Mari jadilah berguna. Berguna bagi siapapun juga. Minimal, siap berguna. Jika Nabi Yeremia berani menegur dan sekaligus meneladankan bagaimana hidup yang berguna bagi umat dan juga bangsa Israel saat itu. Bagaimana dengan kita di konteks merayakan Kemeredekaan ke-74 bangsa dan negara kita tercinta, Republik Indonesia saat ini. Mari kita (apapun jabatan dan fungsi kita sebagai warga di manapun dalam kehidupan sekarang) siap berguna dengan menjadi sumber daya manusia unggul, dalam doa dan karya untuk bangsa yang semakin maju. Mari benar-benar nyata berdampak positif, berani menyatakan sikap dan mengatakan yang benar, tidak membohongi, jujur dan tulus melakukan kebaikan-kebaikan di kehidupan kita sehari-hari, kepada keluarga, juga kepada dan memengaruhi teman, berguna bagi tetangga, mari berguna untuk dan bersama lingkungan dan kehidupan masyarakat kota, dan berguna sebagai warga negara Indonesia, bahkan, kita dimampukan Tuhan untuk selalu berguna bagi seluruh kehidupan. Selamat berguna, dan sekali lagi: Merdeka!! Amin.
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.