Karunia dan Karya Untuk Bertahan Dalam Kebenaran Karena Yesus (1 Petrus 3: 13-18)
“Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.” (1 Petrus 3: 14)
Dibawakan oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing
Ada banyak orang yang menderita disebabkan karena perbuatan jahat mereka sendiri. Seorang pencuri yang tertangkap, akan merasakan penderitaan karena harus mendekam di penjara. Akan tetapi, ada juga orang yang menderita karena perbuatan mereka yang benar.
Seseorang yang tidak mau korupsi, padahal teman-teman kerjanya banyak korupsi, bisa jadi merasakan penderitaan karena diasingkan oleh teman-temannya yang koruptor itu. Seorang pelajar yang tidak ikut-ikutan menyontek bisa jadi menderita diasingkan oleh teman-temannya yang menyontek.
Rasul Petrus menegaskan adanya dua kemungkinan penderitaan yang bisa dialami oleh orang-orang Kristen.
Pertama, orang-orang Kristen yang menderita karena tergoda atau terjatuh dalam perbuatan-perbuatan jahat dan kemudian menerima konsekuensi dari perbuatan jahat tersebut.
Kedua, orang-orang Kristen yang menderita karena kesetiaannya untuk berpegang teguh pada kebenaran iman yang dimilikinya yang ternyata menimbulkan ketidaksukaan atau bahkan kebencian dari pihak-pihak lain.
Situasi yang dihadapi orang-orang Kristen pada saat itu memang tidak mudah. Sebagai agama baru yang mulai berkembang, respons yang diterimanya beragam. Ada yang menyambut dan bahkan bergabung dengan agama Kristen. Ada yang tidak menyukai kehadiran orang-orang Kristen dengan kebenaran yang diyakininya. Orang-orang Yahudi beranggapan agama Kristen tidak lain sebagai penyimpangan atau bahkan sekte agama Yahudi, sedangkan orang-orang Yunani/Romawi memandang orang-orang Kristen sebagai orang-orang aneh dengan kebenaran yang diyakininya.
Sikap Rasul Petrus tegas: Jangan kita menderita karena perbuatan jahat kita. Namun demikian, kalau kita menderita karena bertahan dalam kebenaran Kristus, pada dasarnya kita akan berbahagia dan diberkati. Kata “bahagia” di sini menggemakan apa yang diucapkan Yesus dalam ucapan bahagia dalam kotbah di bukit.
Jangan ragu, malu, dan takut untuk bertahan dalam kebenaran karena Kristus, bahkan andaikata dunia mencemooh kebenaran yang kita pegang. Jangan khawatir juga untuk bertahan dalam kebenaran karena Yesus, andaikata dengan bertahan dalam kebenaran itu kita tidak mendapatkan kesejahteraan hidup yang maksimal, karena kebenaran itu telah mencegah kita bertindak buruk dan jahat dalam mengupayakan kesejahteraan hidup. Amin.
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.