Kasih (Matius 9: 35-38)

Renungan Minggu 14 Juni 2020

Kasih (Matius 9: 35-38)

“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
(Matius 9: 36)

Dipimpin oleh : Pdt. Simon Rachmadi, Ph.D

Suatu saat seseorang datang kepada Ibu Teresa, dan berkata,”Saya seorang ateis.” Kemudian orang itu menceritakan begitu indahnya keyakinannya akan kekuatan cinta kasih dalam hidup ini.
Mendengar semua itu, Ibu Teresa kemudian berkata kepadanya,”Kamu tidak dapat menjadi seorang ateis karena kamu bicara begitu indahnya tentang kekuatan cinta kasih.
Di mana ada cinta kasih, di situ ada Tuhan. Tuhan adalah kasih.”

Where there is love, there is God. Di mana ada cinta kasih, di situ Tuhan ada.
Kadang ada orang yang mempertentangkan iman kepada Tuhan dengan kasih. Yang penting punya iman yang kuat pada Tuhan, kasih belakangan.
Mungkin cara berpikir semacam ini yang dimiliki oleh para rasialis, ketika mereka tidak merasa berdosa kepada Tuhan ketika mereka melakukan tindakan rasis mereka, memilih untuk membenci dan tidak mau mengasihi mereka yang memiliki ras yang berbeda.
Sebaliknya, ada yang berpikir dalam hidup ini yang penting hidup dalam kasih, iman kepada Tuhan belakangan. Argumen mereka, apa gunanya seorang beriman tapi tidak memiliki kasih? Ya saja juga setuju, bahwa tiada berguna iman tanpa kasih.
Namun demikian, kasih tidak serta merta harus mengabaikan iman. Apa yang disampaikan Ibu Teresa menjadi penting: Di mana ada kasih, di situ Tuhan ada.

Yesus sosok yang penuh dengan belas kasih. Hatinya selalu tergerak oleh belas kasih atas penderitaan yang dialami oleh manusia.
Kata “tergerak oleh belas kasih”, dalam bahasa Yunani, splagkhnizomai, menggambarkan kedalaman emosi Yesus dalam  memberikan respons terhadap penderitaan manusia.
Itulah sebabnya, Yesus senantiasa berkenan menyembuhkan segala penyakit yang diderita manusia. Hati-Nya pun tergerak oleh belas kasih ketika melihat kondisi manusia di hadapan-Nya bagai domba-domba yang tidak bergembala. Tak lama setelah itu, Yesus memanggil dua belas orang menjadi murid-Nya untuk bersama-sama Yesus mewujudkan belas kasih Yesus bagi umat-Nya.

Kita saat ini sebagai murid-murid Yesus, juga dipanggil untuk mewujudkan kasih ini dalam kehidupan sehari-hari. Kasih semacam apa yang tetap bisa kita wujudkan dalam konteks pandemi Corona ini?
Iman dan kasih merupakan kesatuan yang semestinya berdampak dalam kehidupan kita. Iman tidak meniadakan kasih, sebaliknya kasih justru semakin memperkokoh iman kita dalam Kristus. Allah adalah kasih, Kristus adalah kasih, kita adalah kasih. Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share