KASIH-NYA TERWUJUD DALAM CIPTAAN-NYA (YESAYA 40: 21-31)
”…TUHAN itu Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terselami pengertian-Nya” (Yesaya 40: 28, TB2)
Kasih-Nya Terwujud Dalam Ciptaan-NYA
Bumi tempat kita hidup itu memang planet istimewa. Di antara delapan planet yang ada di tata surya kita, hanya bumi yang menopang kehidupan dan menjadi tempat tinggal manusia. Dari bumi, kita bisa melihat bulan jauh di atas sana, dan keberadaan bulan menjadi penting bagi manusia di bumi. Bulan membuat stabil iklim di bumi dan menjaga bumi tetap pada porosnya. Bayangkan, jika bumi tidak berputar pada porosnya, kita akan mengalami siang hari selama 6 bulan, dan juga malam hari selama 6 bulan. Jika pun masih tetap ada kehidupan di planet bumi, pastilah bukan bentuk kehidupan seperti sekarang ini. Kita juga tidak butuh banyak bulan. Keberadaan satu bulan pun sudah cukup bagi bumi. Planet Saturnus punya 53 bulan, namun tidak ada kehidupan di sana.
Bagi nabi Yesaya, keberadaan planet bumi ini tidak bisa dilihat sebagai kebetulan, juga bukan karya ilah-ilah lain, misalnya Dewa Marduk, ilahnya orang-orang Babel. Bumi adalah ciptaan Tuhan. Nabi Yesaya memakai beragam kiasan untuk menegaskan penciptaan bumi ini: Tuhan meletakkan dasar/fondasi kokoh bagi bumi bak membangun rumah megah (ayat 21), Tuhan membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah (ayat 22), Tuhan menciptakan dan mengatur bintang-bintang laksana panglima perang yang mengatur barisan prajuritnya (ayat 26). Semua bahasa kiasan ini dipakai oleh nabi Yesaya untuk menegaskan bahwa Tuhanlah yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi.
Penegasan nabi Yesaya ini menjadi sangat penting mengingat kondisi fisik, psikis, dan iman yang sedang dirasakan oleh umat Israel waktu itu. Saat itu, mereka sedang berada di pembuangan Babel. Bagi beberapa orang Israel, setelah bertahun-tahun berada di pembuangan Babel, kondisi ini membuat mereka meragukan kasih dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup mereka. Mereka merasa tidak perlu lagi percaya dan bersandar pada Tuhan. Bagi mereka, kondisi pembuangan menjadi bukti nyata bahwa Tuhan tidak berdaya atau kalah melawan kuasa dewa Marduk, dewa utama bangsa Babel tersebut. Hal ini tampak dari keluhan yang mereka sampaikan: Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku diabaikan Allahku (ayat 27).
Dalam kondisi penderitaan, memang lebih mudah bagi seseorang berputus asa dibandingkan menemukan kekuatan dari Tuhan. Penegasan nabi Yesaya bahwa bumi diciptakan dan dipelihara Tuhan sehingga menjadi tempat yang layak huni bagi manusia, menjadi jaminan kasih dan pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya. Beragam penderitaan personal yang kita alami dalam hidup ini, jangan membuat keyakinan kita terhadap kasih-Nya pudar dalam hidup kita. Tetaplah bersandar pada-Nya, untuk mengalami dan merasakan kasih-Nya melalui ciptaan-Nya.
Amin.
Media: GKJ-N/No.01/02/2024
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.