Keluarga TUHAN yang Saling Melayani (Markus 10: 35-45)

Renungan Minggu, 17 Oktober 2021

KELUARGA TUHAN YANG SALING MELAYANI (Markus 10: 35-45)

”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”
(Markus 10: 45)

 

oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

 

Keluarga TUHAN yang Saling Melayani

Mari keluarga tiap keluarga, di awal renungan ini, saya langsung mengajak: Mari tiap anggota keluarga dan tiap-tiap keluarga kita mari menjadi “Ecclesia Domestica” atau “Gereja Rumah Tangga.”

Di pandemi yang masih berat kini, setiap keluarga rentan akan bahaya covid 19 merasa terancam dan cemas kan adanya berbagai pemberitaan media, begitu pula dengan anggota keluaga lansia yang milenial yang merupakan generasi yang diikuti oleh perkembangan teknologi dan media sangat rentan dalam cemas dan mudah percaya terhadap tipuan.

Penyebab kecemasan melibatkan adanya perubahan kebiasaan hidup dalam keluarga dan perlakukan antar anggota keluarga, juga keluar terhadap tetangga dan keluarga lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan stategi agar tidak mudah merasa cemas terhadap berita yang tidak benar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat berbagai tingkat kecemasan keluarga keluarga tentang berita di pandemi, terlebih bermunculannya berita dan informasi hoax.

Begitu juga di konteks bacaan kita Minggu ini, kecemasan dan ketakutan melanda juga para murid Tuhan Yesus Kristus memberitahukan untuk ketiga kalinya bahwa Ia harus menempuh jalan salib yaitu jalan penderitaan.
Ia akan diserahkan Allah ke dalam tangan manusia.
Mereka adalah para pemimpin Yahudi dan orang Romawi yang tidak mengenal Allah (coba agak mundur, ayat baca 33).
Namun ibu, bapak dan saudara-saudari, cerita tersebut tidak berakhir sampai di situ saja.
Ia akan bangkit pada hari yang ketiga.

Namun murid Tuhan salah memahami pemberitahuan ini.
Mereka menganggap Guri dan Tuhan -Yesus Kristus- akan menegakkan kerajaan mesianik di sana.
Oleh karena itu mereka meminta kedudukan yang tertinggi dalam kerajaan-Nya (maknai ayat 37).
Tuhan Yesus dengan lemah lembut menunjukkan jalan salib penuh penderitaan, yang akan Dia lalui (ayat 38).

Meski mereka akan mengalami penderitaan, seperti Guru mereka, tetapi Yesus tidak berhak untuk memberikan kedudukan kepada mereka (ulangi baca ayat 39-40).
Allah akan menyediakan bagi orang yang berkenan kepada-Nya.

Nats kita kali ini demikian; “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45)

Tuhan Yesus mengingatkan mereka agar tidak seperti para pemerintah tirani (ayat 42).

Sebaliknya mereka harus jadi pemimpin yang menjadi hamba bagi orang lain, seperti teladan Yesus (maknai lagi ayat 43-44). Ia bukan hanya melayani mereka, tetapi juga memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (seperti bunyi ayat 44). Inilah paradigma baru tentang pemimpin pelayan dan kemuliaan melalui jalan salib yang harus dipahami dan diterapkan oleh murid-murid-Nya.

Mari ibu, bapak, saudara dan saudari, serta keluarga-keluarga, kita semua yang adalah persekutuan terkecil, mari wujudkan nyata sikap hidup yang saling melayani dalam kehidupan sehari-hari di pandemi kini.
Tentulah berat, tetapi tidak ada kemuliaan tanpa jalan salib dan tidak ada kehormatan tanpa melayani orang lain. Kita yang mau menjadi besar dan terkemuka harus mempunyai hati yang melayani dan mau berkorban.
Mari semakin rendah hati dan bersedia terus dibentuk Tuhan, untuk menjadi keluarga-Nya yang rajin saling melayani.

Amin.

Media: GKJ-N/No.42/10/2021

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share