Keluarga Yang Menguduskan Hari Sabat(Keluaran 20: 8-11)

Renungan Minggu 4 Oktober 2020

KELUARGA YANG MENGUDUSKAN HARI SABAT (Keluaran 20: 8-11)

“tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,…”
(Keluaran 20: 10)”

Dipimpin oleh : Pdt. Agus Hendratmo, M.Th

 

Keluarga Yang Menguduskan Hari Sabat (Keluaran 20: 8-11)

Sebagai orang tua, apakah Anda menilai diri Anda termasuk orang tua yang sering berbicara dengan anak-anak Anda atau jarang berbicara dengan anak-anak walaupun tinggal dalam satu rumah?
Apakah Anda menilai anak-anak jarang berbicara dengan Anda  ataukah sering berbicara dengan Anda sebagai orang tua?
Jawaban pertanyaan ini bisa menggambarkan kedalaman relasi yang ada dalam suatu keluarga.

Mengapa hari Sabat harus dikuduskan?
Mengapa bukan hari lainnya?
Dari bacaan Alkitab di kitab Keluaran ini kita diberitahu alasannya. Hari Sabat adalah hari perhentian Allah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Kata Sabat dalam bahasa Ibrani berarti istirahat atau berhenti. Hari Sabat Israel jatuh pada hari ketujuh, atau hari Sabtu menurut kalender kita.
Meski demikian hari Sabat sudah dimulai Jumat sore dan berakhir Sabtu sore. Allah yang beristirahat dari pekerjaan-Nya pada hari Sabat harus diikuti juga umat yang beristirahat dari segala pekerjaannya pada hari Sabat. Yang beristirahat tidak hanya umat, namun juga orang-orang yang ada di sekitar umat, yakni para tamu, para hamba, dan bahkan segala hewan.

Apa yang terjadi ketika umat Israel menguduskan hari Sabat? Hari Sabat menjadi kesempatan bagi umat untuk beristirahat dari kerja kerasnya, meluangkan waktu bersama keluarga dalam jamuan makan bersama dan beribadah bersama. Sebuah hari  rileks yang dinikmati oleh umat, dan yang mengingatkan dan menumbuhkan hidup mereka agar tetap menjadi pribadi-pribadi yang melekat pada Tuhan, sesama, dan keluarga. Dekat-melekat pada keluarga dan juga pada Allah.
Tanpa hari Sabat, mereka pasti akan tenggelam dalam dunia kerja yang bisa mengasingkan hidup mereka. Dengan menguduskan hari Sabat, mereka senantiasa disadarkan untuk menjadi pribadi yang melekat pada keluarganya dan pada Allah.

Saat ini kebanyakan umat Kristen, tidak lagi menghubungkan hari Sabat dengan hari ketujuh seperti dalam pemahaman orang Israel. Hari Sabat dihayati dalam hubungannya dengan kebangkitan Yesus Kristus.
Itulah sebabnya Sabat jatuh pada hari Minggu, karena Yesus dibangkitkan pada hari Minggu. Meski demikian, esensi Sabat Yahudi yang dirayakan pada hari Minggu oleh orang-orang Kristen tidak hilang. Hari Minggu haruslah menjadi hari yang dikuduskan untuk menumbuhkan pribadi yang lekat pada keluarga dan Allah. Dekat-melekat pada keluarga dan juga pada Allah.
Keluarga dan persekutuan umat percaya diingatkan dan diajarkan untuk tidak menumbuhkan pribadi-pribadi yang  jauh dari Alah dan keluarga  karena beban kerja yang harus mereka jalani dalam hidup ini. Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.