Kemuliaan TUHAN yang Bercahaya atas Mereka yang Bertahan Dalam Iman dan Pengharapan kepada TUHAN (Keluaran 34: 29-35)
“Ketika Musa turun dari gunung Sinai kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.” (Keluaran 34: 29)
Nabi Musa melakukan firman dan perintah Allah: Musa memahat dua loh batu yang sama dengan yang sebelumnya, karena pecah dibanting oleh Musa sendiri ketika melihat bangsa Israel beralih menyembah patung dewa. Di dua loh batu itu kembali Allah akan menuliskan firman dan hukum-hukum Allah (yang kita kenal sebagai Dasa Titah / Kesepuluh Firman). Lalu pagi-pagi Musa sudah bangun dan naik ke atas gunung Sinai, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, dan membawa kedua loh batu itu di tangannya. Tidak seorangpun yang boleh naik bersama-sama dengan Musa dan juga seorangpun tidak boleh kelihatan di seluruh gunung itu, bahkan kambing domba dan lembu sapipun tidak boleh makan rumput di sekitar gunung Sinai itu.
Selama 40 hari Nabi Musa berkomunikasi dengan Allah di sana, menuliskan Kesepuluh Firman di dua loh batu tersebut. “Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.” (Ayat 28). Kemudian sesuatu yang ajaib terjadi dengan wajah Musa, seperti yang dikatakan ayat Nats kita Minggu ini, yaitu “Ketika Musa turun dari gunung Sinai kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.” (Ayat 29) Lebih menarik lagi, setiap Musa kembali bertemu dengan bangsa/umat Israel, ia memakai selubung di mukanya. Tetapi ketika ia menghadap kembali kepada Allah, Musa membuka selubung tersebut. “Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya.” (Ayat 34).
Mari bercahaya ibu, bapak dan sahabat-sahabat semua kita umat Tuhan. Syaratnya: Mari membuka selubung, bukan selubung muka, tetapi reflektif dan prakteknya adalah kita membuka selubung hati dan pikiran kita masing-masing. Selubung kesombongan, kemarahan, iri hati, kebencian, dendam dan lain sebaginya yang kerap membatasi bahkan menutup hati dan pikiran kita dari terang kemuliaan kasih-kuasa Allah, dan dari kehidupan bersama tetangga dan sesama manusia. Mari, dengan iman dan pengharapan serta kasih, bukalah selubung hati dan pikiran kita, agar kemuliaan-Nya selalu bercahaya melalui kata dan perbuatan nyata kita sehari-hari, kemuliaan Tuhan Allah bagi sesama manusia dan bagi semua kehidupan. Amin.
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.