Renungan Minggu 8 November 2020
KESETIAAN DALAM BERJAGA-JAGA (Matius 25: 1-13)
“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
(Matius 25: 13)
Dipimpin oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th
Kesetiaan Dalam Berjaga-jaga
Swarga nunut, neraka katut.
Jika keyakinan semacam ini betul-betul berlaku, sungguh malang nasib para istri.
Kenapa malang?
Karena keselamatan mereka sepenuhnya bergantung pada orang lain, dalam hal ini suami.
Jika suami masuk surga, istri ikut serta masuk surga. Sebaliknya, jika suami masuk neraka, istri mau tidak mau juga akan masuk neraka.
Akan tetapi, bukankah suami-istri sudah berjanji sehidup-semati?
Apakah ini tidak berarti mereka juga harus sehidup-semati, entah di surga atau neraka?
Betul, bahwa suami-istri harus sehidup-semati dalam janji pernikahan mereka, tetapi ketika sudah terkait dengan keselamatan kekal, setiap orang akan menghadapinya secara personal.
Dalam perumpamaan Yesus tentang kerajaan surga ini, diceritakan ada 10 gadis yang sedang menanti-nantikan kedatangan mempelai pria, supaya mereka bisa mengiringkan mempelai pria pergi menjemput mempelai perempuan. Persiapan yang dilakukan gadis-gadis tersebut tidak sama. Lima gadis membawa pelita dengan ekstra botol minyaknya, sedangkan lima gadis yang lain hanya membawa pelita saja tanpa botol minyak cadangannya. Kelima gadis tanpa botol minyak tersebut, tampaknya tidak mengantisipasi kemungkinan keterlambatan atau ketertundaan kedatangan mempelai pria. Mereka mungkin berharap mempelai pria datang dengan segera, namun ternyata tidak kunjung datang. Sedangkan kelima gadis dengan botol minyak mengantisipasi keterlambatan/penundaan kedatangan mempelai pria. Dengan demikian, ada yang bertindak bodoh dalam penantian dan ada yang bertindak bijak dalam penantian.
Apa yang membedakan mereka?
Kesetiaan berjaga-jaga dalam proses penantian tersebut (ayat 13).
Gadis-gadis yang bijak memiliki kesetiaan berjaga-jaga yang lebih baik daripada gadis-gadis yang bodoh. Penundaan/keterlambatan kedatangan mempelai pria tidak akan memengaruhi kondisi mereka. Kapan pun mempelai pria datang, mereka tetap bisa siap menyambutnya.
Apa yang ingin disampaikan Yesus melalui perumpamaan ini?
Siapapun yang ingin masuk dalam Kerajaan Surga dan menyambut-Nya, secara pribadi ia harus menyatakan setia dan kesiapsediaannya.
Kesetiaan dan kesediaannya ini tidak bisa dititipkan begitu saja. Harus dinyatakan secara pribadi.
Keengganan gadis-gadis bijaksana untuk berbagi minyak kepada gadis-gadis bodoh, tidak untuk mengambarkan, misalnya, kepelitan dan pementingan diri sendiri gadis-gadis bijaksana ini.
Perumpamaan ini memang sengaja diceritakan begitu oleh Yesus, justru untuk menekankan aspek pertanggungjawaban pribadi dan kesetiaan pribadi dalam berjaga-jaga menyambut Kerajaan Surga ataupun karya penyelamatan Allah yang dianugerahkan kepada manusia.
Amin.
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.