Renungan Minggu 15 November 2020
KESETIAAN SALING MENASIHATI DAN MEMBANGUN HIDUP BERSAMA (1 Tesalonika 5: 8-11)
“Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”
(1 Tesalonika 5: 11)
Dipimpin oleh : Pdt. Agus Hendratmo, M.Th
Kesetiaan saling menasihati dan membangun hidup bersama
Dalam beragam aspek kehidupan: kehidupan keluarga, kehidupan gereja, ataupun kehidupan masyarakat, salah satu faktor penting dalam membangun hidup bersama dengan baik adalah kemampuan untuk menasihati dan mempertimbangkan/menerima nasihat satu sama lain.
Namun demikian, seseorang sering tidak mudah untuk mengubah pandangan atau keyakinan yang selama ini dipegangnya.
Jika seseorang mendengar nasihat mengenai pandangan atau keyakinan yang berbeda dengan apa yang selama ini dipegangnya, yang harus disesuaikan bukanlah pandangan atau keyakinannya sendiri agar bisa sama dengan pandangan/keyakinan lain tersebut, tetapi pandangan/keyakinan yang lain itulah yang harus disesuaikan dengan apa yang sudah dipegangnya.
Kegembiraan orang-orang Kristen hendak menyambut kedatangan Yesus kedua kali, menjadi persoalan jemaat Tesalonika saat itu.
Mengapa menjadi persoalan?
Karena menyebabkan kegiatan hidup sehari-hari sebagian orang Kristen Tesalonika berhenti total. Mereka tidak lagi mau bekerja. Mereka meninggalkan segala usaha dan pekerjaan mereka. Mereka lebih suka berkumpul dengan orang-orang Kristen lainnya di area-area tertentu dan sering memandang langit menantikan kedatangan Yesus kedua kali.
Dengan kata lain, mereka telah memaknai secara keliru ajaran Rasul Paulus mengenai “berjaga-jaga” menyambut kedatangan Yesus kedua kali. Sikap mereka semacam ini pada kenyataannya menjadi batu sandungan tidak hanya bagi sesama orang Kristen, melainkan juga bagi orang-orang lain yang heran melihat perilaku orang-orang Kristen ini.
Dalam situasi semacam inilah, Rasul Paulus menulis suratnya ini. Ia meminta jemaat Kristen Tesalonika untuk saling menasihati seorang akan yang lain dan saling membangun hidup bersama yang baik dan bertanggung jawab dalam pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali.
Tidak lagi mau beraktivitas dan sekadar memandangi langit bukanlah sikap yang bertanggung jawab sebagai pengikut Kristus. Tentu diperlukan kesediaan orang-orang Kristen Tesalonika untuk mau menerima nasihat dari Rasul Paulus.
Tanpa kesediaan mendengar dan menerima nasihat Rasul Paulus, jemaat Kristen Tesalonika akan tetap menjadi batu sandungan bagi sesamanya dan menjadi kontraproduktif dalam upaya membangun jemaat Tuhan di Tesalonika.
Jadi, jangan pernah berpikir: Ah, saya tidak perlu nasihat orang lain. Dalam hidup ini, sering kita memerlukan nasihat orang lain. Sebaliknya, sering juga, nasihat kita diperlukan oleh orang lain.
Amin.
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.