KETAATAN SANG PUTRA SUMBER KESELAMATAN MANUSIA (IBRANI 5: 5-10)
“Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya,“
(Ibrani 5: 8, TB2)
Ketaatan Sang Putra Sumber Keselamatan Manusia
Apakah kita punya jiwa pemberontak? Rasanya setiap orang memiliki jiwa pemberontak. Ketika harus memilih antara ketaatan dan berontak, seseorang bisa taat atau berontak. Tentu saja, ada banyak faktor penentu apakah seseorang berontak atau taat. Saya ingat adakalanya saya tidak taat pada aturan sekolah waktu SMP atau SMA. Contohnya, saya pilih bolos sekolah atau kabur dari kelas untuk bisa menonton siaran langsung pertandingan tinju Mike Tyson, jika pertandingan disiarkan bukan pada hari libur.
Dosa itu sendiri bisa didefinisikan sebagai pemberontakan terhadap Allah. Manusia berontak untuk mengikuti keinginan dan nafsunya semata. Manusia menjadi tidak taat terhadap perintah atau larangan yang diberikan Allah kepadanya. Dengan demikian, manusia yang berbuat dosa pastilah manusia yang menunjukkan ketidaktaatannya pada Allah. Ketidaktaatan manusia menyebabkan manusia menerima penghukuman dari Allah. Untuk bebas dari hukuman inilah, umat Israel waktu itu secara rutin mempersembahkan kurban untuk menebus dosa-dosa mereka.
Dalam konteks agama Yahudi waktu itu, kurban dipersembahkan oleh umat kepada Allah. Bentuk kurban beragam. Bergantung pula pada kemampuan masing-masing umat dalam mempersembahkan. Bisa berupa lembu, domba, atau burung. Pelayan ritual kurban adalah para imam. Yang paling utama tentu adalah imam besar. Hanya imam besarlah yang dianggap bisa berkomunikasi dengan Allah di ruang mahakudus di bait Allah Yerusalem. Tindakan ritual kurban semacam ini diyakini oleh umat mendatangkan keselamatan dan penebusan dosa bagi umat.
Dalam perspektif penulis surat Ibrani, ritual kurban tersebut tidak memadai sebagai sumber keselamatan manusia. Buktinya adalah ritual itu harus terus menerus mereka lakukan agar dosa-dosa mereka dapat ditebus. Sumber keselamatan manusia ada di dalam Kristus. Yesus Kristus bukan hanya menjadi imam yang menyerahkan kurban binatang, melainkan Dia sendirilah yang menjadi kurban. Dengan demikian yang menjadi imam dan kurban adalah Yesus sendiri. Kurban Yesus Kristus inilah kurban yang sempurna, kurban yang mengalirkan keselamatan sejati bagi umat manusia. Yesus dapat menjadi sekaligus imam dan kurban karena Yesus taat pada Sang Bapa, mau mewujudkan keselamatan manusia bahkan melalui derita-Nya. Andai Yesus tidak taat, keselamatan tidak akan terwujud melalui-Nya.
Penulis surat Ibrani ini menuliskan: Ia menjadi sumber keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (ayat 9). Ini berarti seperti Yesus taat kepada Bapa, demikian juga kita harus taat kepada ajaran Yesus dan kehendak Sang Bapa agar Yesus bisa menjadi sumber keselamatan kita.
Amin.
Media: GKJ-N/No.11/03/2024
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.