Kita Dibenarkan dan Diselamatkan-Nya  (Roma 10: 8-15)

Renungan Minggu, 6 Maret 2022

KITA DIBENARKAN DAN DISELAMATKAN-NYA
(Roma 10: 8-15)

“Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”
(Roma 10: 10)

 

 

Kita Dibenarkan dan Diselamatkan-Nya

Siapa yang tidak pernah dengar peribahasa: Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Saya yakin, kita semua tahu makna peribahasa ini.
Keberhasilan dalam hidup kita, tidak datang otomatis, tidak datang begitu saja, tetapi perlu perjuangan untuk menggapainya.
No pain, no gain, kata orang Barat.
Tiada perjuangan, tiada hasil. Perjuangan ini bahkan sering demikian berat dan penuh penderitaan.
Sejak kecil kita dididik dalam mind-set semacam itu. “Kalau kamu ingin mendapatkan sesuatu, ya berusahalah yang keras.
Tanpa usaha, ya nggak akan dapat apa-apa.“ Proses  yang dijalani inilah yang sering membentuk dan  menjadikan seseorang punya daya tahan dan daya juang yang baik saat berada dalam situasi-situasi sulit hidup mereka.

Orang-orang Yahudi pada zaman Rasul Paulus adalah orang-orang yang taat melakukan hukum Taurat, terlebih para pemuka agamanya. Para pemuka agamanya menjadi teladan terdepan dalam pelaksanaan hukum Taurat. Apa yang tertulis dalam kitab Taurat, mereka lakukan sedetil-detilnya. Ibaratnya, sampai titik koma mereka ikuti. Bagi mereka, hanya dengan melaksanakan hukum Taurat manusia dibenarkan dan didelamatkan. Manusia tidak akan dibenarkan dan diselamatkan oleh Allah, jika tidak tekun melakukan hukum Taurat. Untuk melakukan hukum Taurat ini, mereka rela menderita. No pain, no gain.

Jadi bagi orang Yahudi pada waktu itu, sulit untuk memahami bahwa manusia bisa dibenarkan dan diselamatkan Allah tanpa melalui hukum Taurat.
Bagi Paulus, kebenaran hukum Taurat ini berbeda dengan kebenaran karena iman.
Kebenaran karena iman melampaui kebenaran hukum Taurat.
Mereka yang dibenarkan dan diselamatkan oleh Allah, bukan  didasarkan pada ketaatan pada  pelaksanaan hukum  Taurat, juga bukan didasarkan pada  ras, suku, bangsa tertentu,  melainkan karena imannya kepada Yesus.

Dengan mulut, kita mengaku Yesus adalah Tuhan.
Dengan hati, kita percaya Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.
Hati oleh Paulus pada waktu itu dipahami sebagai tempat segala perasaan batin dan pengertian/hikmat manusia. Mulut dan hati (hati di sini maksudnya jantung, bukan lever), sebagai kiasan yang dipakai Paulus untuk menggambarkan totalitas kehidupan kita bagi Yesus Mungkin ada orang yang  tergoda untuk berpikir: kok begitu mudahnya ya orang dibenarkan dan diselamatkan?
Tidak perlu susah-susah dulu menaati hukum Taurat, hanya beriman kepada Yesus sudah diselamatkan.
Ya bisa saja kita katakan mudah, dan tentu ini sebuah karunia, karena dalam pembenaran dan penyelamatan Kristus, ternyata tidak berlaku prinsip: No pain, no gain.

Amin.

Media: GKJ-N/No.10/03/2022

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share