LAPAR DAN HAUS AKAN FIRMAN TUHAN (Amos 8: 11-14)

Renungan Minggu, 17 Juli 2022

LAPAR DAN HAUS AKAN FIRMAN TUHAN
(Amos 8: 11-14)

“ .. demikianlah firman Tuhan ALLAH, “Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air,
melainkan akan mendengarkan firman TUHAN.”
(Amos 8: 11)

 

Lapar Dan Haus Akan Firman Tuhan

Lapar dan haus.
Siapa yang mau?
Pada umumnya kita tidak mau merasakan lapar dan haus, kecuali untuk tujuan medis ataupun ritual agama.
Kita ingin saat lapar dan haus, rasa lapar dan haus itu segera terpenuhi.
Di zaman sekarang, lapar dan haus dapat dengan mudah dihindari, terlebih kalau kita punya cukup uang.
Tinggal buka dan pesan melalui aplikasi, makanan dan minuman datang dengan sendiri.
Lalu bagaimana dengan lapar dan haus akan firman Tuhan?
Di zaman ini, kita pun dengan mudah menemukan dan mendengarkan firman Tuhan.
Pandemi telah membuat banyak gereja menyediakan digital ministry, pelayanan digital melalui segala macam media sosial yang tersedia.
Kapanpun dan di manapun, orang Kristen dapat dengan mudah mengakses firman yang disediakan melalui layanan ini.

Beda konteks dengan zaman Amos.
Umat tidak begitu saja bisa mendengarkan firman Tuhan.
Mereka hanya bisa mendengar firman Tuhan melalui para nabi ataupun saat Tuhan berkehendak berbicara langsung kepada mereka. Seperti halnya lapar dan haus akan kebutuhan jasmani bisa membahayakan hidup umat, kelaparan dan haus akan firman juga membahyakan hidup umat.
Tanpa asupan makanan dan minuman rohani, iman seseorang tidak akan bertumbuh, layu, dan bahkan mati.
Ketika lapar dan haus akan firman terjadi, reaksi bisa bermacam-macam: orang yang lapar dan haus itu akan mencari ke mana saja untuk mendapatkan firman tersebut.
Bisa juga orang yang lapar dan haus akan firman Tuhan ini teperdaya dengan firman yang semu. Dalam konteks pergumulan umat pada waktu itu, umat bisa teperdaya oleh firman dari dewa-dewi lainnya, misalnya Asima (dewi orang Samaria), dan dewa orang Dan, juga dewa orang Bersyeba.
Mereka meninggalkan Allah Israel dan mengikuti dewa-dewi tersebut untuk mendapatkan firman yang semu.
Semestinya mereka tetap setia menanti dan berharap kelaparan dan kehausan akan firman Tuhan itu segera berlalu dalam kehendak Tuhan.

Di zaman kita ini, firman Tuhan begitu berlimpahnya.
Namun demikian, di sini juga bisa timbul permasalahannya.
Orang bisa merasa lagi tidak butuh firman Tuhan. Orang tidak lagi merasa lapar dan haus akan firman Tuhan.
Atau seseorang terjebak dalam firman Tuhan yang semu tadi, sebenarnya bukan firman Tuhan, tetapi dianggap sebagai firman Tuhan karena memuaskan kepentingan dan kebutuhan pribadinya.

Dengan demikian, di zaman yang serba berlimpah informasi ini, kita tetap tak henti-hentinya perlu minta hikmat Tuhan agar kita sungguh-sungguh bertumbuh dalam firman-Nya, bukan firman lain yang sebenarnya semu adanya.

Amin.

Media: GKJ-N/No.29/07/2022

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.