MEMULIAKAN ALLAH DENGAN TUBUH (1 KORINTUS 6: 12-20)

”Sebab, kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6: 20, TB2)

Memuliakan ALLAH dengan Tubuh

“Sebab, kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:
Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6: 20, TB2)

Anda termasuk jenis orang yang mana? Orang yang suka menjaga dan merawat tubuh, orang yang seperlunya saja merawat tubuh, atau malah acuh tak acuh terhadap kondisi tubuh sendiri? Menjaga dan merawat tubuh tentu tidak sekadar tampilan luar tubuh. Tampilan luar tubuh yang terawat semestinya juga diikuti kondisi dalam tubuh (jantung, paru-paru, ginjal, dst) yang sehat dan terawat juga. Saya harap kita semua adalah orang-orang yang suka menjaga dan merawat tubuh, tidak hanya untuk tampilan luar tapi juga kondisi dalam tubuh kita.

Beberapa orang Kristen di Korintus memiliki pemikiran yang keliru mengenai tubuh. Bisa jadi karena pengaruh filsafat gnostik yang memang berkembang pada waktu itu. Dalam pandangan filsafat ini, tubuh jasmani dipahami lebih rendah nilainya dibandingkan roh atau jiwa. Setiap tindakan yang dilakukan manusia untuk tubuhnya dianggap tidak akan memengaruhi kondisi rohani atau jiwa manusia itu. Tubuh yang sehat, tidak akan berpengaruh bagi kesehatan jiwa. Sebaliknya, tubuh yang rusak tidak berpengaruh juga terhadap kerusakan jiwa. Pandangan semacam ini memengaruhi beberapa orang Kristen Korintus untuk tidak segan-segan terlibat dalam percabulan. Bagi mereka, tubuh yang dipakai untuk percabulan tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan rohani atau iman mereka.

Tubuh pada dasarnya kotor, bisa dipakai sebebas-bebasnya termasuk percabulan. Tubuh yang kotor dan rendah nilainya ini, tidak akan berpengaruh terhadap rohani atau jiwa seseorang yang pada dirinya sendiri murni, suci dan mulia. Apapun perbuatan tubuh tidak akan menodai kemurnian jiwa atau rohani seseorang.

Tentu saja Rasul Paulus menolak pandangan orang-orang Kristen yang terpengaruh filsafat gnostik ini. Rasul Paulus tidak setuju dengan paham dualisme yang membedakan tubuh kotor, jiwa murni dan mulia sehingga tubuh bisa diperlakukan sebebas-bebasnya untuk memuaskan nafsu percabulan. Rasul Paulus menegaskan: Tubuh tidak dimaksudkan untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan (ayat 13).

Orang-orang Kristen harus menjauhkan diri dari percabulan (ayat 18). Penghargaan Rasul Paulus terhadap tubuh terutama justru didasarkan pada pemahaman bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus. Tubuh tidak kotor dan bernilai rendah dibandingkan jiwa manusia. Justru dalam tubuh, bisa dipahami juga, dalam keseluruhan keberadaan manusia, tubuh dan jiwa, Roh Allah tinggal di dalam manusia.

Bagi orang-orang Kristen di sepanjang zaman, tidak ada alasan untuk menyalahgunakan tubuhnya untuk pemenuhan hawa nafsu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Segala keberadaan tubuh harus diarahkan untuk memuliakan Allah. Oleh karena itu, mari, kita rawat tubuh kita dalam tampilan luar maupun dalam, juga tubuh jasmani maupun rohani kita untuk kemuliaan Tuhan.

Amin.

Media: GKJ-N/No.02/01/2024

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share