Mengabdikan Hidup Dengan Mempersembahkan Yang Terbaik (Markus 12: 41-44)

Renungan Minggu, 7 November 2021

MENGABDIKAN HIDUP DENGAN MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK (Markus 12: 41-44)

” Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. ”
(Markus 12: 43)

 

oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

 

Mengabdikan Hidup Dengan Mempersembahkan Yang Terbaik

Di keadaan ekonomi yang masih berat sekarang, perikop kita kali ini sangatlah “mengguncang” pola hati dan khususnya paradigma rasional tiap kita.
Ungkapan yang kita sering dengar bahkan ucapkan, “ya memang keadaannya sedang susah karena pandemi, jadi persembahan sedikit.” Itu sangat manusiawi, namun sekaligus biasa.

Kemungkinan ada ungkapan lain selanjutnya adalah, “seharusnya yang berlebih membagikan kepada yang kurang dan lebih memberi persembahan.” Itu juga sangat manusiawi, sekaligus biasa.

Kali ini kita diajak untuk berefleksi dan masuk ke ranah Ilahi, dalam Kasih Karunia Allah Bapa, melalui gikmat Roh Kudus dalam hati, pikiran dan hidup kita di pandemi kini, khususnya mellaui ajaran Tuhan Yesus Kristus langsung, yang saat itu sengaja mengajak murid-murid (termasuk Anda dan saya yang membaca, mendengar dan harus melakukan Firman kali ini) mendekat ke kotak tempat orang-orang memberi persembahan: “ Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikanbagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.” (Ayat 41)

Lalu inti ajaran Tuhan Yesus ada di momen ayat 42, “Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan duapeser, yaitu satu duit.” Mungkin kalau zaman now (sekarang), akan banyak netizen (di dunia maya) atau orang akan mengecam janda miskin ini, dan berpikir bahwa apa yang dilakukannya itu berbahaya; mengapa dia harus memberi kepada orang lain, jika dia hanya mempunyai sedikit untuk dirinya sendiri?
Alasan apa yang membawa janda miskin ini memasukkan uangnya ke dalam peti persembahan untuk diatur oleh imam-imam kepala, yang, kita punya alasan untuk khawatir, tidak adil dalam mengurusnya?
Sangatlah jarang untuk menemukan orang yang tidak menyalahkan janda ini, sehingga kita tidak boleh berharap mendapat orang yang ingin menjadi seperti dia.

Namun berbeda dengan Tuhan dan Juruselamat kita, Tuhan Yesus Kristus memuji ibu (janda) itu. Karenanya mari kita membaca, mendengar cerita Firman ini, untuk semakin diingatkan dan percaya bahwa apa yang dilakukannya itu sungguh baik dan bijaksana.
Jelas sekali Nats kita untuk Minggu pertama di November 2021 ini ada di ayat 43, menceritakan, sekaligus mengajarkan dan menegaskan kepada kita, demikian: “Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.”

Tuhan Yesus sendiri secara sengaja memanggil murid-murid-Nya dan menyuruh mereka memerhatikan.  Ia memberi tahu mereka bahwa janda miskin itu sangat bersusah payah dalam menabung apa yang telah diberikannya itu.
Apa yang dimilikinya itu hampir-hampir tidak cukup bagi dirinya sendiri, semua itulah yang hanya ada padanya, yang bisa dipakainya untuk hidupnya pada sehari itu, dan mungkin juga merupakan sebagian besar nafkah yang diperolehnya dari bekerja sehari sebelumnya.

Berdasarkan inilah, Kristus tahu bahwa janda miskin ini sungguh-sungguh memberi persembahannya. Ia memperhitungkan bahwa apa yang telah diberikan janda itu melebihi semua apa yang dimasukkan orang-orang kaya itu ke dalam peti persembahan itu; mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya (maknai dan baca ulang ayat 44).
Tuhan Yesus menghargai pemberian si janda. Mengapa?
Karena walau ia hanya punya uang sejumlah dua peser, tetapi ia mau memberikan kedua-duanya.

Padahal bisa saja ia menyimpan satu peser untuk dirinya sendiri, tak ada orang yang akan tahu. Namun bagi si janda, kemiskinan tidak menghalangi dia untuk mengungkapkan syukur dan penyerahan diri yang bulat kepada Tuhan. Iman dan cintanya kepada Tuhan utuh dan penuh.

Melalui tindakan si janda, Yesus mengajarkan bahwa nilai sebuah persembahan bukan ditentukan semata-mata oleh jumlah, melainkan oleh motivasi dan hati si pemberi.
Inilah yang membuat persembahan si janda jadi bernilai.
Ia melepaskan diri dari segala miliknya dan melupakan semua kebutuhannya untuk menyatakan bahwa ia dan semua miliknya adalah kepunyaan Tuhan.
Mari merefleksikannya lagi dan lagi khususnya dengan keadaan kita (secara global, juga Indonesia, dan tiap keluarga serta pribadi) di pandemi kini. Mari mempersembahkan yang terbaik hanya kepada Tuhan.
Baik mempersembahkan materi, namun khususnya mempersembahkan hati dan diri kita kepada Tuhan. Mari mempersembahkan hidup kita bagi Kemuliaan Tuhan saja.
Dengan wujud mengabdikan hidup kita -itu berarti tubuh, hati, pikiran rasional, kepandaian, talenta, pengalaman, kemampuan dan usua/umur- untuk dipakai menjadi “alat Tuhan” mewartakan Kasih di dalam kehidupan umat jemaat gereja.

Namun lebih penting lagi membagikan cinta kasih sayang bagi banyak orang. Karena kitalah sang janda zaman now itu, yang masih diberi kesempatan untuk bernafas dan hidup di hampir genap 2 (tahun) pandemi berjalan.
Untuk kita setia dan semakin mengabdikan hidup kepada Tuhan, berwujud setia dan semakin mengasihi peduli berbagi kepada banyak orang.

Amin.

Media: GKJ-N/No.45/11/2021

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.