MENJADI SATU DALAM KRISTUS (Yohanes 17: 22-26)

Renungan Minggu, 29 Mei 2022

MENJADI SATU DALAM KRISTUS
(Yohanes 17: 22-26)

“ Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku. ”
(Yohanes 17: 24)

 

Menjadi Satu Dalam Kristus

Kita punya kapasitas untuk menjadi satu dalam Kristus.
Perbedaan yang ada pada kita sebagai pribadi atau sebagai institusi gereja semestinya tidak menjadi halangan dalam mewujudkan kesatuan dalam Kristus.
Banyak orang sering berpikir, mustahil gereja-gereja bersatu karena gereja-gereja itu berbeda satu dengan yang lain.
Justru yang terjadi seringkali sebaliknya, gereja-gereja tidak bisa bersatu bukan karena mereka berbeda melainkan karena mereka menganggap menjadi satu berarti menjadi sama-seragam.
Hasrat untuk keseragaman itulah yang justru menghalangi kesatuan.
Misalnya, ajaran yang kita pegang harus seragam, ritual ibadah yang kita lakukan harus persis sama, doa yang kita ucapkan harus sama, dst.

Bukan itu yang dimaksud dalam doa Yesus untuk murid-murid-Nya.
Yesus tidak berdoa agar murid-murid-Nya seragam dalam cara berdoa, cara beribadah, atau bahkan seragam dalam ajaran yang dipegang mereka mengenai Allah.
Yesus menyadari bahwa murid-murid punya latar belakang yang berbeda, yang memungkinkan mereka mengalami dan mengekspresikan iman kepada Tuhan dengan cara berbeda.
Yang menjadi doa Yesus bagi murid-murid-Nya adalah mereka menjadi satu dalam Kristus, yakni dalam kasih Kristus yang mereka alami dan yang harus mereka berikan juga bagi dunia.
Itulah sebabnya Yesus berseru dalam doa-Nya:”…supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka (ayat 26).
Kasih Bapa yang terpancar dalam diri Sang Putera semestinya terpancar juga dalam diri orang Kristen ataupun gereja Kristen.

Kesatuan kasih dalam Kristus menjadi jiwa orang Kristen dan gereja untuk hadir dan melayani dunia.
Orang Kristen dalam keberagaman mereka bisa saja berbeda dalam tata cara ibadah dan doktrin Kristen yang dianutnya, namun demikian mereka harus satu dalam kasih.
Dunia harus mengenal kesatuan kasih orang-orang Kristen dalam Kristus sehingga kasih itu mesti terwujud dalam kehidupan orang-orang Kristen di dunia.
Kesatuan kasih dalam Kristus ini dimaksudkan agar dunia tahu kasih Allah Bapa yang terwujud dalam Kristus yang diberikan bagi dunia yang dikasihi-Nya.
Oleh sebab itu, perselisihan dan konflik yang terjadi di antara orang-orang Kristen atau di antara gereja-gereja Kristen tidak akan memampukan orang lain melihat kemuliaan Bapa dalam kasihnya.
Apakah orang-orang Kristen bisa mewartakan kasih Bapa, jikalau di antara mereka sendiri selalu terjadi pertikaian atau konflik?
Tidak ada seorang pun yang akan belajar perdamaian dari mereka yang konflik.

Amin.

Media: GKJ-N/No.21/05/2022

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.