Mewujudkan Hidup sebagai Bangsa yang Telah Menerima Kasih TUHAN (Mazmur 138: 1-8)

Mewujudkan Hidup sebagai Bangsa yang Telah Menerima Kasih TUHAN
(Mazmur 138: 1-8)

“Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.” (Mazmur 138: 2)

Mendekati 17 April 2019 (ya, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia), di tengah berbagai godaan saling menjelek-jelekkan dan menghakimi dengan hoaks, mari lebih indah sebagai rakyat dan bangsa Indonesia kita bersama bersyukur, bersyukur atas semua kasih, pertolongan, penjagaan, penyelamatan dan segala berkat karunia Tuhan Allah atas dan khususnya di saat-saat sulit yang dialami bangsa dan negara kita.

Mazmur kali ini adalah mazmur doa ucapan syukur yang mengisahkan pengalaman pemazmur (Raja Daud) ketika dalam kesempitan diselamatkan oleh Allah (lihat 2 Samuel 5: 17-21). Doa ini dipanjatkan saat Israel masih dalam tahap kerajaan yang sangat lemah. Namun pemazmur yakin, sampai ia berani bersaksi dihadapan para penguasa dari bangsa yang lebih digdaya (“para allah” – ayat 1), pemazmur meninggikan kekuasaan Tuhan di hadapan “para hakim/penguasa” bangsa-bangsa yang lebih berkuasa dari Israel (band. ayat 4). Pemazmur memuji nama Allah karena kasih setia dan kesetiaan Allah kepada janji-Nya. Pemazmur sangat sadar bahwa pertolongan yang Allah berikan kepadanya semata-mata hanya karena keberadaan diri Allah. Selain itu juga karena Allah setia kepada janji-Nya. Pemazmur sangat berterima kasih karena Allah yang “tinggi” bersedia melihat dan menolong dia yang “hina” (baca lagi ayat 6). Kemegahan kasih Allah diimbangi dengan anugerah yang berlimpah.

Sekali lagi mari menjadi umat-jemaat Tuhan di Indonesia yang beraneka ragam rakyatnya, kita mau hidup bersyukur dengan saling menerima, mendokan dan mengasihi satu dengan lainnya. Menjadi seperti pemazmur yang memuji Allah dengan segenap hatinya, yang bisa saja tiba-tiba terucap ketika dia sedang bersama siapa pun, melainkan juga hendak menyanyikan pujian itu setiap kali dia mendapat kesempatan. Kita bergirang di dalam iman dan melayangkan doa sembah kemuliaan kepada-Nya, kapanpun dan bagimanapun sulitnya keadaan Indonesia. Perhatikanlah, orang-orang yang berjalan di jalan-jalan Tuhan memiliki alasan untuk bernyanyi di sepanjang jalan tersebut, untuk melewatinya dengan kegirangan, sebab hari esok besarlah kemuliaan TUHAN bagi Indonesia. Amin.

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share