Penampakan Yesus Mengobarkan Semangat Tetap Berkarya (Lukas 24: 29-35)

Penampakan Yesus Mengobarkan Semangat Tetap Berkarya (Lukas 24: 29-35)

Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (Lukas 24: 32)

Oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th

Pengalaman kesedihan atau dukacita bisa menyebabkan seseorang putus harapan. Ketika ia putus harapan, ia akan kehilangan orientasi hidupnya. Ia tidak lagi tahu apa yang harus ia kerjakan. Ia hanya melihat “ke belakang”, meratapi nasib buruk yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia mungkin tidak lagi punya kekuatan untuk melihat “ke depan”, bahwa masa depannya tidak sepenuhnya ditentukan oleh apa yang telah terjadi sebelumnya.

Apa yang dirasakan dua orang murid Yesus yang sedang dalam perjalanan pulang kampung dari Yerusalem  ke Emaus?
Tentu perasaan sedih atau dukacita.
Kematian Yesus di kayu salib pasti telah mendukakan mereka. Terlihat dari muka mereka yang muram saat mereka ditanya ketika mereka bercakap-cakap mengenai nasib yang dialami Yesus orang Nazaret (ayat 17).
Namun apakah kedua murid itu juga putus harapan?
Awalnya iya, tapi akhirnya berubah menjadi tidak. Iya, awalnya mereka putus harapan. Yesus telah disalib. Yesus telah mati. Mereka memang mendengar kabar bahwa kubur Yesus kosong, tapi semuanya masih simpang-siur, belum memberikan kejelasan bagi mereka apa yang sebenarnya telah terjadi. Sosok yang mereka harapkan sebagai pembebas bangsa Israel telah tiada (ayat 21). Untuk apa mereka berlama-lama di Yerusalem. Bisa jadi malah berbahaya bagi mereka, jika mereka diketahui sebagai murid-murid Yesus. Salah satu tindakan yang bisa mereka  lakukan hanyalah pulang kampung ke Emaus, toh hanya dua jam  perjalanan Yerusalem menuju Emaus.

Namun, perjumpaan mereka dengan Yesus mengubah rasa putus harapan mereka menjadi penuh semangat dalam karya. Ketika mereka sadar bahwa sosok misterius yang menemani mereka dalam perjalanan ke Emaus adalah Yesus yang bangkit, mereka bergegas kembali ke Yerusalem dengan penuh semangat, tanpa peduli rasa lelah yang mereka rasakan. Dari putus harapan menjadi berkobar-kobar dengan penuh semangat. Kata mereka: “Bukankah hati kita berkobar-kobar…”
Menurut Romo Agustinus Gianto, S.J., dalam buku Membarui Wajah Manusia, yang berkobar-kobar itu biasanya api yang memurnikan logam campuran. Jadi kata ini bisa mengandung makna, pikiran (hati) dua orang Emaus yang tadinya gelap kini terang bernyala-nyala, yang tadinya bercampur baur, kini dimurnikan.

Seperti kedua orang Emaus itu, kita sebagai pengikut-pengikut Kristus juga diajak untuk tetap dapat merasakan kehadiran Kristus, bahkan dalam pengalaman penderitaan atau dukacita.
Lihatlah “ke depan”, yakinlah perjalanan hidup kita di masa depan disertai oleh Kristus yang bangkit. Janganlah hidup kita dikuasai  keputusasaan melainkan semangat yang berkobar-kobar. 
Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share