“…orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat:…, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” (Markus 10: 30)
Tidak ada orang yang senang merasakan atau menerima perlakukan ketidakadilan. Dalam hidup keluarga bisa muncul keluhan dari sang kakak atau adik yang merasa mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari orang tua mereka. Misalnya tindakan yang dianggap pilih kasih orang tua kepada anak dan pembagian tanggung jawab tugas-tugas dalam rumah tangga.
Rasa mendapat perlakuan tidak adil ternyata tidak hanya muncul dalam hubungan dalam keluarga. Manusia bahkan bisa merasakan diperlakukan tidak adil oleh Tuhan. Manusia telah menyerahkan segala-galanya untuk Tuhan, tetapi apa yang Tuhan balaskan bagi pengabdian mereka? Mereka melihat orang-orang jahat semakin sukses dengan kekayaan dan kesenangan dalam hidupnya, sedangkan mereka yang memberikan hidup, milik, dan waktunya untuk Tuhan tetap hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.
Perkataan Petrus kepada Yesus menggemakan harapan semacam ini: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau”. Jelas sekali, perkataan Petrus ini memiliki nada mengingatkan Yesus. Apa yang akan mereka peroleh dari Tuhan, setelah mereka habis-habisan meninggalkan sesuatu untuk mengikut Yesus? Bagi Petrus, upah yang mereka terima dari Tuhan menjadi penanda keadilan Tuhan bagi mereka. Kalau tidak ada upah berarti Tuhan tidak adil karena mereka telah meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Tuhan.
Yesus menjanjikan upah bagi mereka yang mengikuti-Nya. Upah dalam kehidupan umat-Nya saat hidup (present), juga upah di masa datang (future) bagi umat-Nya, yaitu hidup kekal. Yesus pasti akan bertindak adil, walau mungkin keadilan-Nya tidak selalu persis dengan yang kita bayangkan. Oleh sebab itu, sebagai keluarga Kristen, kita tetap bisa meletakkan pengharapan keluarga kita dalam keadilan-Nya. Amin. Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th