Penguasaan Diri (Roma 6: 17-23)

Renungan Minggu 28 Juni 2020

PENGUASAAN DIRI (Roma 6: 17-23)

“…, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.”
(Roma 6: 19)

Dipimpin oleh : Pdt. Agus Hendratmo, M.Th

Dalam hidup sehari-hari, seseorang  lebih mudah menguasai diri ketika ada otoritas yang mengawasi. Contohnya, saya kadang melihat di perempatan lampu lalu lintas, motor atau mobil melanggar lampu merah. Namun saya tidak pernah melihat di perempatan yang sama,  ketika ada polisi yang berjaga di situ, ada motor atau mobil yang melanggar lampu merah.
Jadi intinya,  ketika tidak ada pengawasan, kita melihat kecenderungan orang yang lebih mudah untuk melanggar aturan/hukum/prinsip yang ada. Namun ketika ada pengawasan, orang bisa menguasai diri untuk tidak melanggar aturan/hukum/prinsip yang ada.

“Dahulu memang kamu hamba dosa..”, demikian apa yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat Kristen di kota Roma (di ayat 17). Dosa dalam pemahaman Rasul Paulus, merupakan kenyataan universal. Dosa bukanlah seperti virus yang hanya mengenai sebagian orang, sedangkan sebagian orang lainnya bebas terhindar dari virus.
Semua orang berdosa baik orang-orang Yahudi maupun Yunani/Romawi. Kata dosa, dalam bahasa Yunani, hamartia, secara keseluruhan dipakai sebanyak 62 kali oleh Rasul Paulus dalam surat-suratnya. Secara khusus, di surat Roma ini, dipakai sebanyak 48 kali. Ini semua untuk menekankan bahwa dosa merupakan sesuatu yang serius bagi umat manusia.

“Dahulu memang kamu hamba dosa”, kemudian Rasul Paulus  melanjutkan perkataannya, “tetapi sekarang…” (dilanjutkan lagi di ayat 18), “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran”. Ada dua kata penting di sini: Dahulu dan sekarang. Dahulu. Sekarang. Dahulu kamu hamba dosa. Sekarang kamu hamba kebenaran.
Perubahan dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran terjadi karena kasih karunia Allah. Semata-mata karena kasih karunia Allah. Perkataan Rasul Paulus ini tentu saja tidak hanya berlaku bagi orang-orang Kristen Roma, tetapi bagi kita semua yang telah beriman kepada Yesus Kristus Sang Juruselamat. Ketika kita telah menerima kasih karunia Allah yang menyelamatkan di dalam Yesus Kristus, kita tidak lagi menjadi hamba dosa melainkan abdi kebenaran.

Bertumbuhnya kemampuan penguasaan diri kita dalam hidup ini semestinya bukan atas dasar ketakutan karena ada otoritas yang mengawasi kita, melainkan atas dasar  kesadaran diri kita bahwa kita bukan lagi hamba dosa, melainkan sebagai  abdi kebenaran Allah.
Kita berbuat benar, bukan karena kita takut ada otoritas yang mengawasi kita, akan tetapi kita berbuat benar karena kita sadar bahwa kita adalah abdi kebenaran Allah. Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share