Perjuangan Anak-anak Allah (Efesus 6: 10-20)

Renungan Minggu, 22 Agustus 2021
Bulan Budaya dan Kebangsaan

PERJUANGAN ANAK-ANAK ALLAH (Efesus 6: 10-20)

“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.”
(Efesus 6: 11)

 

oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

 

Perjuangan Anak-anak Allah

Pandemi yang belum juga usai, cukup banyak menimbulkan masalah-masalah selain masalah kesehatan dan medis.
Masalah ekonomi sudah paling jelas, juga psikologis seperti banyak munculnya kegelisahan, kecemasan, kebimbangan maupun berbagai permasalahan psikologis lainnya, yang sedikit banyak mengganggu aktivitas berkehidupan sehari-hari.
Masalah-masalah inilah tantangan perjuangan yang bersama manusia sedang hadapi, baik global dunia, maupun di dalamnya kita anak-anak Allah di Indonesia tercinta, yang barusan genap berusia 76 tahun.

Bagi setiap kita sebagai anak-anak Allah, yang tentu menerima Kristus sebagai Tuhan atas hidupnya, pertobatan hanyalah awal dari kehidupannya bersama Kristus, maka kita harus bertahan hingga mencapai garis akhir dalam menghadapi peperangan rohani.

Rasul Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (baca ulang Efesus 6:20), kemungkinan besar di Roma.
Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose.

Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus. Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja.
Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri (maknai dengan membaca Efesus 1:1), sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati.

Dari dari Sabda Allah melalui Paulus ini (Efesus 1:15-17) maka tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam surat: Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia.
Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus

Pada bagian akhir surat Efesus ini Paulus secara tidak langsung mengatakan bahwa mereka baru ada pada awal kehidupan Kristen.
Oleh karena itu, orang Kristen dianjurkan untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah. Seperti bunyi Nats kita di Minggu ini adalah: “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;” (Efesus 6:11)

Sepanjang pandemi yang hampir 2 tahun berjalan, perjalanan tiap kita sebagai anak-anak Allah adalah perjuangan jasmani dan juga (khususnya) rohani.
Demikian pula sepanjang hidup kehidupan kita, perjuangan untuk kita memenangkan berbagai goda, rayu dan bahkan jebakan-jebakan melakukan perbuatan yang tidak sesuai Firman Allah. Mengingkari iman percaya kita kepada Tuhan. Sebagai anaka-anak Allah kita selalu berjuang menghadapi musuh yang utama yaitu pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara.
Tujuannya adalah supaya orang Kristen dapat berdiri sampai akhir dalam peperangan rohani ini (bisa dibaca dan maknai lagi ayat 12-13)

Akan tetapi, kita harus ingat bahwa kita tidak berjuang sendiri. Seluruh komunitas anak-anak Allah, keluarga Kristus dan umat jemaat pengikut-Nya, kita akan berjuang bersama.
Oleh karena itu selain mengenakan perlengkapan senjata Allah (baca ulang ayat 14-18), kita harus berdoa dengan konsisten baik untuk diri sendiri maupun untuk mendukung yang lainnya (aya 18-19).
Doa adalah bentuk komunikasi kita dengan Allah. Berdoa menunjukkan kebergantungan kita kepada Allah, dan kebergantungan ini memberikan kekuatan untuk kita memenangkan peperangan ini. Baik di masa pandemi ini, namun juga peperangan rohani kita sepanjang hidup kehidupan.

Kapan peperangan rohani kita dimulai? Ketika kita percaya kepada Kristus. Sampai kapan perjuangan kita sebagai anak-anak Allah usai? Kapan peperangan rohani ini berakhir?
Jawabannya: Tuhan memberi kita durasi kesempatan selama ada di dunia, dan hingga ketika kita dipanggilnya pulang atau saat kedatangan-Nya kedua kali.
Sampai akhirnya Tuhan Allah mengatakan “anak-anak Ku yang setiawan, mari masuklah.”

Amin.

Media: GKJ-N/No.34/08/2021

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share