PERSEKUTUAN YANG MENGENAL GEMBALA YANG BAIK (YOHANES 10 : 11-18)
“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku”
(Yohanes 10: 14)
Persekutuan Yang Mengenal Gembala Yang Baik
Sebuah surat kabar “The Washington Post” telah melaporkan sekitar 1.500 ekor domba melompat ke sebuah jurang di Desa Gevas, daerah Turki bagian Timur. Dijelaskan ketika para gembala sedang sarapan, tiba-tiba salah satu domba mereka terjun dari tebing setinggi 14 meter dan mati tergeletak. Ketika para gembala itu masih terpana oleh peristiwa yang baru saja mereka saksikan, domba-domba lainnya pun ikut berlarian terjun ke jurang. Keuntungan masih memihak karena 1000 ekor domba yang terjun belakangan ditemukan dalam keadaan selamat sebab tertopang oleh tumpukan bulu domba dari beberapa domba yang sudah terjun terlebih dulu.
Peristiwa kawanan domba yang tanpa berpikir panjang melompat mengikuti domba lainnya menyelipkan suatu pesan tersirat, yakni dalam keterbatasan domba sebagai hewan yang lemah dan mudah terpengaruh oleh kawanannya telah menunjukkan bahwa seekor domba membutuhkan kehadiran dan tuntunan seorang gembala.
Begitu pun dengan manusia yang secara menarik diibaratkan sebagai domba oleh karena keterbatasan dan kelemahannya. Dalam tantangan situasi kehidupan yang tidak mudah, manusia tidak dapat mengambil berbagai pilihan yang diperhadapkan berdasarkan hikmatnya sebagai manusia. Pengaruh dunia yang ditawarkan mampu membawa perubahan yang buruk dalam setiap pribadi jika tidak berdasar pada hikmat Allah. Hal ini menandakan betapa pentingnya suara gembala untuk menarik setiap manusia agar tidak tersesat dan tetap hidup.
Dalam Yohanes 10, Yesus Kristus “menawarkan” hubungan-Nya dengan manusia bagaikan seorang Gembala dan domba-domba-Nya. Manusia tidak dapat menjalani hidupnya jika tidak dituntun oleh suara Yesus Kristus. Kesanggupan Yesus sebagai Gembala yang baik, bukan hanya dalam tataran melindungi domba-domba-Nya saja, melainkan juga mengenal domba-domba-Nya dan rela memberikan nyawa bagi kepentingan domba-domba-Nya (Ayat 11). Dalam peran-Nya sebagai Gembala, Yesus mengenal kehidupan pribadi setiap manusia secara mendalam. Ia menyelami hati dan pikiran manusia serta segala rasa suka maupun duka pada berbagai situasi yang dihadapi. Yesus mencintai dan menerima manusia sebagaimana adanya dan membawa manusia sepenuhnya ke dalam persekutuan dengan Yesus sendiri. Bukankah hal ini seharusnya menjadi kebahagiaan bagi kita?
Bukan seperti seorang penjaga domba upahan yang meninggalkan dombanya ketika diliputi oleh keadaan yang menakutkan (ayat 12), Yesus sebagai Gembala yang baik telah mengorbankan kemuliaan dan nyawa-Nya melalui kerendahan hati menjadi manusia dan disiksa dengan cara yang hina untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Ia telah menampilkan cinta-Nya kepada kawanan domba-Nya lebih dari mencintai Diri-Nya sendiri. Bukankah bukti kasih Yesus sudah lebih dari pantas yang seharusnya kita dapatkan?
Saudara yang terkasih, kita adalah domba Kristus karena kelemahan kita yang telah disatukan oleh kasih Kristus sebagai Gembala yang baik. Apapun pergumulan hidup kita, marilah pandang Tuhan Yesus Kristus dan terus berusaha untuk lebih mengenal suara-Nya agar dapat menggembalakan dan menuntun kita melewati lika-liku kehidupan. Biarlah ini menjadi komitmen kita sebagai keluarga Allah yang harus berdiam dan bertumbuh di dalam rumah Tuhan sampai selama-lamanya.
Amin.
Media: GKJ-N/No.03/04/2024
Oleh: Merdekawati Solannia Mansula