PERSEKUTUAN YANG RELA BERBAGI (KISAH PARA RASUL 4 : 32 – 37)

“Dan mereka letakkan di depan kaki para rasul, lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya”. (Kisah Para Rasul 4 : 35, TB2)

Persekutuan Yang Rela Berbagi

Apakah kita pernah berbagi? Sepertinya banyak dari kita yang tidak asing dengan sikap berbagi. Saya teringat akan seorang ibu yang pernah saya temui. Beberapa waktu lalu, kami pergi makan bersama. Sayangnya, ada beberapa makanan yang tidak dapat kami habiskan saat itu juga. Seusai makan, beliau meminta agar makanan yang belum disentuh sama sekali untuk dibungkus. Saya berpikir, “Oh, pasti makanan tersebut dibawa pulang untuk dimakan di rumah”. Sesampainya di rumah, saya mendapati makanan yang dibungkus tersebut diberikan kepada seorang wanita paruh bayah yang bekerja sebagai asisten rumah tangga disamping rumahnya. Ternyata ibu tersebut selalu memberikan makanan kepada wanita paruh bayah itu. Ia mengatakan dengan sukacita bahwa, “ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat setiap orang tersenyum bahagia atas apa yang mereka terima”.
Kebiasaan dan sukacita berbagi inilah yang ditemui pada jemaat mula-mula. Kisah Para Rasul 4 : 32 – 37 menunjukkan aksi persekutuan jemaat melalui saling berbagi. Kebiasaan berbagi jemaat mula-mula dijalankan secara unik dan bukan sebagai wujud iba atau kasihan terhadap orang yang menerima. Penerimaan dan pengahayatan kasih Yesus dalam kehidupan melalui pertobatan, telah menyatukan hati dan jiwa jemaat mula-mula serta mendorong mereka untuk berbagi kasih Yesus Kristus kepada sesamanya.
Mereka menyadari akan diri yang telah diberkati, sehingga membagikan apa yang ada pada mereka kepada setiap orang yang berkekurangan, supaya semuanya merasa diberkati. Dan uniknya, jemaat mula-mula melayani dan memberi bukan dengan sembarangan atau semaunya sendiri. Mereka memercayakan hal itu kepada para rasul (ayat 35) yang menjadi pemimpin gereja saat itu. Hal ini menunjukkan kedewasaan dalam memberi, bukan sekadar unjuk diri sebagai seseorang yang murah hati.
Cara hidup jemaat mula-mula mengajak kita untuk berefleksi sejenak tentang persekutuan yang berbagi. Apakah kita sudah mewujudkan persekutuan yang mengutamakan kepentingan bersama melalui saling berbagi? Dan apakah sikap berbagi dalam persekutuan dijalankan karena Kasih kepada Allah?
Seperti jemaat mula-mula, kesatuan hati dan jiwa kita dalam persekutuan bergereja dapat tercermin dari cinta kasih dalam tindakan yang diwujudkan secara nyata melalui saling berbagi. Berbagi tidak selalu tentang materi dan tidak selalu tentang uang; melainkan diwujudnyatakan secara sederhana melalui dukungan moral, dan membagi energi positif dengan memberikan semangat melalui pelukan, keberadaan, serta pengalaman.
Jika kasih Allah kepada jemaat mula-mula yang telah mendorong mereka untuk berani memberi diri bagi orang lain. Begitupun dengan kasih karunia Allah yang mampu mengubahkan kita menjadi pribadi yang tidak egois. Di dalam kematian dan kebangkitan Kristus, kita sudah menerima lebih daripada yang kita pantas dapatkan. Sebagaimana Allah telah mencari dan menyelamatkan orang berdosa, demikian pula persekutuan orang percaya mencari dan menyelamatkan orang yang tidak punya apa-apa.

Amin.

Media: GKJ-N/No.01/04/2024

Oleh: Merdekawati Solannia Mansula

Share