Proaktif  Dengan Karya Untuk Kemuliaan Allah (Roma 16: 25-27)

Renungan Minggu ADVEN IV – 20 Desember 2020

PROAKTIF DENGAN KARYA UNTUK KEMULIAAN ALLAH (Roma 16: 25-27)

“…bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.“ 
(Roma 16: 27)

Dipimpin oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th

 

PROAKTIF DENGAN KARYA UNTUK KEMULIAAN ALLAH

Kita biasa dengar istilah narsis, atau lebih tepatnya narsistik.
Istilah narsistik, secara sederhana sering dilekatkan pada seseorang yang suka memamerkan dirinya sendiri pada pihak lain untuk mendapat pengakuan akan dirinya tersebut.
Pengakuan yang dibutuhkan dari orang lain itu bisa bermacam-macam: ketampanan atau kecantikan, kekayaan, kepandaian, kesuksesan, dsb.
Yang penting bagi seorang narsistik adalah pengakuan pihak lain, tidak cukup kalau dirinya sendiri yang memberi pengakuan.
Tidak cukup bagi dia untuk berkata,”Aku memang tampan/cantik”.
Ia butuh sekali mendengar pihak lain berkata,”Engkau memang tampan/cantik.” Ia sangat membutuhkan kekaguman dan pujian terus-menerus dari pihak lain.

Apa itu orang Kristen narsistik?
Orang Kristen narsistik adalah orang Kristen yang memerlukan kekaguman dan pujian terus-menerus dari orang lain terhadap dirinya. Bisa jadi ia seorang yang aktif dalam beragam kegiatan gerejawi.
Ia banyak terlibat kegiatan gerejawi sana-sini. Namun karyanya tersebut, ia lakukan bukannya tanpa tujuan. Ia punya tujuan orang-orang lain memuji dan mengagumi segala prestasinya tersebut.
Ketika orang lain tidak memberikan pujian atau kekaguman padanya, bisa dengan cepat melunturkan semangat dan karyanya.

Karya Rasul Paulus hanya ditujukan bagi kemuliaan Allah.
Rasul Paulus dalam beragam pelayanan, hingga kematiannya oleh tentara Romawi, tidak dimaksudkan untuk kemegahan diri sendiri. Kalau ia mencari kemegahan dan kemuliaan bagi dirinya sendiri, ia akan mengkhianati Yesus.
Pada masa penganiayaan kaisar Nero pada waktu itu, mudah bagi orang Kristen untuk luput dari penganiayaan Romawi. Cukup menyatakan diri bukan Kristen, dan melepaskan imannya kepada Kristus.

Yang menjadi kepedulian Rasul Paulus adalah Kristus.
Dipuji atau dicela, dikagumi atau dibenci, dipenjarakan atau tidak, tidak menghalangi karya proaktifnya untuk Kristus.
Baginya Kristus yang harus dimuliakan melebihi dirinya. Oleh sebab itu, surat kepada jemaat di Roma ini diakhiri dengan pernyataan kemuliaan Allah dalam Kristus. “Bagi Dia…segala kemuliaan sampai selama-lamanya.”

Jadikan hidup kita bukan sebagai orang Kristen yang narsistik. Tetap proaktif dalam karya kita betapapun  orang lain tidak melihat kitalah orang yang melakukan karya tersebut.
Karya kita kita persembahkan untuk kemuliaan Kristus, bukan sebagai kesempatan bagi kita untuk bermegah diri di hadapan Allah dan sesama.

Amin.

Media: GKJ-N/No. 51/12/2020

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th. 

Share