Renungan Minggu – 21 Februari 2021
RENCANA DAN KEHENDAK ALLAH UNTUK KESELAMATAN MANUSIA (Kejadian 9: 8-17)
“..maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup.”
(Kejadian 9: 15)
oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th
Rencana dan Kehendak ALLAH Untuk Keselamatan Manusia
Banjir kembali terjadi di banyak tempat di Indonesia, tidak terkecuali Jakarta dan sekitarnya.
Jika banyak pihak membicarakan soal ancaman banjir yang lebih besar di hari esok, saya mengajak merefleksikan janji Tuhan, dan memegang percaya bahwa sesering dan sebesar apapun banjir yang bisa terjadi, maka tidak akan pernah ada lagi seperti banjir air bah yang terjadi di konteks bacaan kita kali ini.
Sebab Tuhan Allah telah berjanji tidak akan membuat air bah yang menutupi seluruh permukaan bumi memusnahkan banyak kehidupan: “ Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” (Kejadian 9:11).
Rencana dan kehendak Allah sendiri untuk keselamatan kita semua. Siapa yang mau percaya kepada-Nya maka pasti diselamatkan.
Perjanjian tersebut perlu mempunyai tanda yang kelihatan sebagai pengingat.
Tanda (ôt) ini akan merupakan jaminan dari ikatan rohani yang ada, yang menjamin kepastiannya yang tanpa akhir. Busur pelangi di langit itulah yang akan merupakan “tanda.”
Sebuah kepastian akan rencana dan kehendak akan kasih karunia-Nya, “..maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup.” (Kejadian 9:15).
Tuhan Allah selalu meneguhkan dan menggenapi janji-janji yang sudah Ia berikan.
Pembuatan perjanjian memerlukan ikatan yang sungguh-sungguh antara kedua belah pihak, yang sebelumnya tidak memiliki kewajiban satu terhadap yang lain.
Begitu juga dengan Pelangi sehabis hujan.
Pelangi itu akan muncul ketika awan-awan dalam keadaan sangat basah, dan kembali lagi setelah hujan turun.
Ketika kita memiliki alasan yang kuat untuk merasa takut akan hujan yang mengancam, maka Allah menunjukkan tanda kovenan ini bahwa hujan itu tidak akan menang.
Begitulah Allah menghapus ketakutan kita dengan dorongan-dorongan semangat demikian yang sesuai dan tepat waktu. Mari melanjutkan hidup dan kehidupan di pandemi yang semakin berat sekarang ini, dengan percaya kepada Tuhan bahwa semakin tebal awan itu, akan semakin cerah busur di awan itu.
Demikianlah, semakin berlimpah-limpah kesengsaraan menghantam, akan semakin berlimpah-limpah pula penghiburan yang membangkitkan semangat. Kasih akan diingatkan kembali di tengah-tengah kemurkaan, dan awan-awan itu akan mengitarinya seolah-olah menyatu dengan pelangi itu, sehingga kegelapan tidak dapat memenuhi langit, sebab busur itu adalah hujan yang berwarna atau pinggiran awan yang dihiasi, sebab tanda kovenan itu dimaksudkan untuk menghibur, bukan untuk menyebarkan rasa takut.
Mari mengimani dan mengamini bahwa rencana, kehendak dan janji Allah adalah melulu hanya untuk keselamatan kita, dengan keluarga, dan keselamatan manusia.
Demikian hendaknya kita supaya selalu ingat akan kovenan itu dengan iman dan rasa syukur. Mari jangan lalai menjaga keselamatan sendiri dalam rangka untuk keselamatan banyak orang, dengan selalu melakukan 3M ditambah membagikan 3S (Syukur, Semangat dan Sukacita) dan hidup dengan BBM (Bersyukur bukan menyerah).
Amin.
Media: GKJ-N/No. 08/02/2021
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.