Setia Mewujudkan Makna Sakramen Baptisan dalam Hidup Sehari-hari (Lukas 3: 21-22)
“.. dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Lukas 3: 22)
Melalui pembaptisan yang (memang harus) dilakukan Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus Kristus, maka ia menggolongkan diri-Nya sebagai orang berdosa sekalipun Dia tanpa dosa, lalu memulai misi penebusan-Nya. Terbukanya sorga merupakan pengakuan ilahi terhadap kedudukan Yesus sebagai Anak Allah, yang menjadi Mesias bagi manusia dan dunia.
Kini, dengan memaknai Sakramen Baptisan, jika Yesus Kristus saja sebagai Tuhan bersedia masuk dalam baptisan, apalagi kita. Baik saat kita menerima dan melakukannya -saat Baptis Anak atau Baptis Dewasa- juga dalam “sakramen baptis” setiap hari. Setia mewujudkan makna Sakramen Baptisan dengan urapan Roh Kudus “dalam rupa burung merpati” kita dijadikan pembawa damai sejahtera bagi bahyak orang setiap hari.
Setiap hari tersebut adalah hari-hari setia menjadi anak-anak Allah; ditahirkan-dimurnikan hati, pikiran dan perbuatan; setia berkenan (ingat dan refleksikan ayat 22 tadi, “kepada kita dalam Tuhan Yesus Kristus, Allah berkenan); dan dengan suara firman juga di ayat 22, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,”
marilah setiap kita di setiap hari setia menyajikan sakramen cinta kasih, setia mengasihi Allah dengan wujud setia mengasihi yang lemah, terpinggirkan, miskin, lapar-haus, menyelamatkan kehidupan mulai dari hal-hal kecil sederhana dan hingga setia peduli, berbagi dan mengasihi semua orang. Amin.
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th