Setia sebagai Satu Tubuh dalam Kristus
(1 Korintus 12: 12-31)
“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” (1 Korintus 12: 27)
Menarik di perikop ini (dan sesungguhnya hampir di semua tulisan suratnya) Rasul Paulus menamakan umat sendiri “tubuh Kristus”. Hal itu mengandung makna penting dan mendalam: Semua umat Kristus bagaikan satu tubuh Kristus dalam kemuliaan-Nya. Tubuh Kristus sejak kebangkitan menjadi bersifat roh, dalam arti tidak terikat lagi pada hukum alami, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita “satu tubuh dalam Kristus” merangkum seluruh umat di segala tempat dan segala waktu. Bahkan reflektifnya tubuh yang mulia ini mendapat kelengkapan yang sempurna dalam kesetiaan-kesatuan seluruh umat.
Dalam ungkapan teologis, kesatuan ini biasa disebut “Tubuh Mistik Kristus”. Bukan sekadar kiasan melainkan merupakan kenyataan, benar-benar ada dan hidup. Bukan hanya gereja lokal di konteks Korintus, atau tidak hanya kini kita di konteks gereja lokal GKJ Nehemia, tetapi yang dimaksudkan adalah kualitas keseluruhan umat-Nya yang terdiri dari ketaatan setiap gereja lokal, hingga kesetiaan tiap pribadi, dengan segala karunia-karunia yang dimiliki.
Sebab karunia-karunia itu dari Roh Allah. Tidak boleh seorang pun menyombongkan karunia yang diterimanya. Karunia dipakai untuk melayani orang lain, bukan untuk menonjolkan kerohanian diri sendiri – Karunia rohani banyak ragamnya, bahkan Alkitab menyatakan lebih dari sembilan bentuk karunia. Setiap pribadi saling mendoakan-mendukung, setiap gereja (baca: setiap majelis, pelayan dan pemuji Tuhan, komisi, tim, panitia dan semua jemaat dengan berbagai potensi serta talenta masing-masing) setia memancarkan ragam keajaiban kuasa kasih dan karya Allah. Mari menjadi kesatuan dalam keragaman, sebagai gereja, juga sebagai bangsa dan penghuni semesta. Berhentilah menghakimi dan membenci. Mari makin banyak memberi ruang satu dengan yang lain, berkontribusilah untuk kehidupan bersama yang lebih baik, dan saling membangun dalam-dengan cinta kasih Kristus. Amin.
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.