Siap Mewujudkan Hidup yang Menjadi Berkat (Kejadian 12: 1-9)
“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.” (Kejadian 12: 2)
Kita semua pada dasarnya memiliki dorongan untuk menjadikan hidup kita bisa berguna bagi orang lain (the drive for contribution). Kita merasa senang atau bahagia ketika kita menyadari apa yang kita katakan atau lakukan berguna bagi orang lain. Tak peduli berapa usia kita, dari anak-anak hingga lanjut usia.
Coba tanya pada anak atau cucu kita, kalau besar mau menjadi apa. Bahkan jawaban umum, seperti “mau menjadi dokter” tetap menyiratkan dorongan anak untuk menjadi berguna bagi orang lain. Setidaknya, di benak anak ini tersimpan gambaran dokter yang mengobati orang lain. Toh jawaban umum yang sering kita dengan dari anak-anak kita, bukan “saya mau jadi penjahat”.
Abram berumur 75 tahun (namanya berubah menjadi Abraham saat berumur 99 tahun, Kej. 17: 1, 5) ketika Tuhan memberikan perintah dan janji kepadanya. Apa perintah Tuhan kepada Abram? Pergi ke negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya. Persoalan “pergi” ini pasti bukan persoalan yang mudah.
Perhatikan, Abram sudah tergolong lanjut usia. Ia sudah menjadi penetap di Haran, tetapi kini akan menjalani pengembaraan. Ia bahkan harus pergi meninggalkan banyak hal: negerinya, sanak saudaranya, dan rumah bapanya. Pada dasarnya akan lebih mudah bagi Abram untuk menolak perintah Tuhan, daripada menerima perintah itu. Namun demikian, Abram memilih melakukan perintah Tuhan.
Apa janji Tuhan kepada Abram? Tuhan menjanjikan berkat pada Abram. Berkat berlipat ganda. Pertama, Abram sendiri akan diberkati Tuhan, bahkan namanya menjadi masyhur di antara segala bangsa. Kedua, Abram tidak hanya akan menjadi penerima berkat. Ia juga akan menjadi sumber berkat. Bahkan bagi semua orang yang berlaku baik pada Abram, orang-orang itu juga akan menerima berkat dari Tuhan atas kebaikannya kepada Abram. Ketiga, Abram dan keturunannya akan menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi ini.
Mungkin kita jadi berpikir, apakah karena janji Tuhan yang begitu banyak ini, Abram mau melakukan perintah-Nya? Bisa ya, bisa tidak. Kita tidak tahu pasti. Namun, apakah Abram tidak mau menuruti perintah Tuhan jika tidak ada berkat yang dijanjikan? Belum tentu. Bisa saja Abram tetap akan pergi bahkan tanpa janji berkat.
Dorongan dalam diri kita yang membuat kita ingin berguna bagi orang lain, bahkan sering melampaui keinginan untuk mendapatkan penghargaan atas apa yang telah kita lakukan.
Jadi, tetaplah siap menjadikan hidup kita menjadi berkat bagi sesama, karena pada dasarnya hidup kita sendiri sudah merupakan berkat besar dari Tuhan. Amin.
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.